PADANG, METRO—Universitas Negeri Padang (UNP) mewisuda sebanyak 1. 562 lulusan selama dua hari pada Wisuda ke-141 UNP Periode Desember 2025 yang berlangsung Sabtu dan Minggu (13-14/12) di Auditorium UNP.
Pada hari pertama, Sabtu (13/12), UNP mewisuda 764 lulusannya. Sedangkan hari kedua, Minggu (14/12) UNP mewisuda 798 lulusan. Upacara Wisuda ke-141 UNP Periode Desember 2025 digelar secara hybrid dengan luring dan daring, mengingat Sumatera khususnya Sumatera Barat (Sumbar) dalam suasana duka, karena terdampak bencana hidrometeorologi.
Rektor UNP, Krismadinata, Ph.D pada wisuda hari pertama mengatakan, saat ini dihadapkan pada tantangan pada era ketidakpastian, disrupsi teknologi dan perubahan iklim. Hal ini ini ditandai perkembangan teknologi berjalan cepat, kecerdasan buatan, otomasi, platform digital, dan konektivitas global mendisrupsi cara bekerja, belajar, dan berinteraksi.
Perubahan iklim, bencana alam, dinamika geopolitik, dan ekonomi digital menambah ketidakpastian. Perlu diingat, ketidakpastian bukan hanya ancaman. Ketidakpastian ladang bagi kreativitas, adaptasi, dan inovasi.
Krismadinata menambahkan, lulusan perguruan tinggi memiliki empat tipe. Yakni, tipe pertama, akademisi murni (The Inteliectual), yakni lulus dengan pujian, mencintai teori dengan kedalaman analisis dan disiplin berpikir. Tipe ini jadilah dosen, peneliti, atau ahli kebijakan.
“Dunia butuh data valid dan pemikiran jernih. Tapi ingat, jangan terisolasi di menara gading. Turunlah ke bumi, pastikan teorimu membumi dan solutif bagi masyarakat,” terang Krismadinata.
Tipe kedua, penggerak (The Activist/ Leader), kelompok ini mungkin IPK tidak sempurna karena menghabiskan waktu di BEM, Hima atau organisasi soft skill, negoisasi dan empati sosial. “Kelompok cocok di dunia manajemen, politik atau community development. Kekuatannya networking,” tambahnya.
Tipe ketiga, inovator kreatif (The-Out-Of-the-Box Thinker). Mereka yang merasa kuliah itu membosankan, tapi punya ide-ide gila. Kalian yang lebih suka praktik daripada teori di kertas. Adaptabilitas dan kreativitas tanpa batas. Prinsipnya, jangan cari pekerjaan, tapi ciptakan lapangan kerja. Bangun startup, jadilah content creator edukatif, atau seniman digital. Di era disrupsi ini, imajinasi mereka adalah mata uang paling mahal.
Tipe keempat, pejuang tangguh (The Grinder) yakni mereka yang kuliah sambil bekerja, menjadi ojek online, berjualan, atau mengajar les demi membayar UKT. Mental baja, daya tahan (resiliensi), dan etos kerja yang tak tertandingi.
“Masuklah ke industri apapun. Saya jamin dalam 5 tahun kalian akan menyalip mereka yang pintar. Tapi jangan mudah menyerah. Ketangguhan modal kalian menaklukkan dunia itu,” tegasnya.
Krismadinata juga menyampaikan hal penting tentang kunci sukses lintasi tipe. Di antaranya, memiliki keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalahm. Menurutnya, mesin bisa mengolah data, manusia unggul dalam interpretasi, empati dan kreatifitas.
Kemudian kemampuan adaptasi (egility) belajar mempelajari, bukan hanya mengumpulkan ilmu, tetapi tahu mempelajari hal baru dengan cepat. Selanjutnya literasi digital dan pemahaman dasar Artificial Intelligence (AI). Artinya tidak perlu jadi ahli, tapi pahami implikasi teknologi terhadap bidangnya.
Perlu etika dan tanggung jawab sosial, karena kompetensi tanpa integritas membawa resiko jangka panjang. Hal ini juga dibarengi kesehatan mental dan fisik. Sebab produktivitas berkelanjutan lahir dari pola hidup seimbang.
















