Oleh: Irwan Suwandi. SN., S.IP., MM (ASN Pemko Payakumbuh, Staf Ahli Walikota Payakumbuh). (Kadis Sosial Kota Payakumbuh Sept 2022 – Agustus 2025)
Fastabiqul Khairat. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebuah konsep dalam Islam yang mendorong setiap muslim untuk bersaing secara sehat dalam melakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya, seperti ibadah, menolong sesama, dan berakhlak mulia, demi mendapatkan ridha Allah SWT dan kebahagiaan di akhirat. Perbuatan ini amat kita rindukan ditengah-tengah kondisi masyarakat yang ditimpa bencana. Kehadiran berbagai elemen berfastabiqul khairat membantu korban bencana tentu menjadi sitawa sidingin yang amat dinantikan. Ada yang membantu bahan pokok, seperti sembako, pakaian, air bersih, dan lain-lain. Ada yang berjibaku dengan tenaga turun langsung membersihkan dampak bencana, serta berbagai bentuk bantuan lainnya. Salut dan bangga kita melihatnya.
Namun yang menarik perhatian penulis terkait fenomena fastabiqul khairat saat bencana kali ini. Khususnya dari segmen peserta fastabiqul khairat dengan identitas politik, baik politisi secara personal maupun politisi atas nama partai politik. Mereka turut berfastabiqul khairat. Mereka berkontestasi bahkan berkompetisi, adu cepat-cepatan dan adu cekatan menolong korban bencana.
Di media sosial kita lihat aksi Partai A menyalurkan ribuan ton beras dan minyak goreng. Tak mau kalah, Partai B juga beraksi dengan menurunkan relawan, mendirikan dapur umum, dan juga memberi makanan siap saji. Partai C juga tak kalah sigap, mereka menyalurkan ribuan kubik air bersih, pakaian layak pakai, popok bayi dam lain sebagainya. Luar biasa. Sebagai penonton kita sangat terhibur dan puas. Memang begitulah seharusnya peran dan fungsi wakil rakyat kita. Hadir disaat rakyat sedang kesusahan. Cuma satu hal yang perlu kita sampaikan, hendaknya kontestasi kebencanaan ini dijauhkan dari niat menjelekkan atau menjatuhkan kontestan lain yang juga turut berbuat. Kita pakai pepatah minang, patarang lampu awak, jaan padaman lampu urang. Ini harus jadi rambu- rambu dalam berfastabiqul khiarat di tengah bencana ini. Situasi bencana membutuhkan kebersamaan dan kekompakan, bhineka tunggal ika mesti dihadirkan. Agar yang berat bisa sama dipikul dan yang ringin bisa dijinjing.
Namun filosofi partai politik memang kental dengan iklim kompetisi atau kontestasi. Tujuan partai politik jelas untuk memenangkan kontestasi dengan kata lain mengalahkan kontestan lain dalam berkompetisi. Partai politik didirikan untuk berkuasa dan meraih mandat dari rakyat. Tentu dalam upaya mencapai tujuan itu, partai politik harus “mengalahkan” partai lain. Termasuk dalam kontestasi fastabiqul khairat kebencanaan saat ini.
Maka, wajar ada sedikit gesekan dilapangan. Dimedia sosial kita lihat muncul narasi-narasi ashobiyah. Mengelu-elukan kelompok sendiri sembari merendahkan kelompok lain. Perang komen di Medsos dari para kader dan simpatisan partai tak dapat dielakkan. Menjadi bumbu-bumbu bakti sosial mereka. Ya, sudahlah, sebagai penikmat Medsos, kita nimkati sambil sesekali tertawa geli melihat tingkah polah partai politik dalam fastabikul khairat kebencanaan kali ini. Yang penting mereka sudah hadir dan berbuat. Terima kasih.















