PADANG, METRO–Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat (BI Sumbar) menyelenggarakan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 sebagai momentum refleksi perjalanan ekonomi Sumbar sepanjang 2025 sekaligus proyeksi kondisi 2026.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar Andy Setyo Biwado mengatakan, acara ini merupakan agenda tahunan Bank Indonesia untuk menyampaikan pandangan terkini mengenai kondisi perekonomian global, nasional, dan regional, termasuk tantangan dan prospek ke depan, serta arah kebijakan strategis Bank Indonesia.
“Pertemuan ini dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, organisasi perangkat daerah, pimpinan perbankan, pelaku usaha, akademisi, dan media,” ungkap Andy.
Dijelaskan Andy, sepanjang tahun 2025, perekonomian nasional tetap terjaga dengan pertumbuhan mencapai 5,04% (yoy), meskipun ketidakpastian global masih berlangsung. Namun, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada Triwulan III 2025 tercatat sebesar 3,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional, sehingga kesenjangan kinerja ekonomi daerah perlu menjadi perhatian bersama.
“Inflasi Sumbar pada Oktober 2025 mencapai 4,52% (yoy), melampaui inflasi nasional 2,86% dan sasaran nasional. Tekanan terutama berasal dari kelompok pangan bergejolak akibat pasokan dan cuaca. Penguatan koordinasi produksi, distribusi, dan stabilisasi harga menjadi kunci pengendalian inflasi ke depan. Dalam konteks pembiayaan, kehati-hatian masyarakat mulai terlihat,” jelas Andy.
Selain itu, kata Andy, pertumbuhan kredit melambat, mencerminkan kewaspadaan pelaku usaha dan rumah tangga di tengah ketidakpastian ekonomi. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tetap stabil, menunjukkan preferensi masyarakat untuk menahan konsumsi dan memperkuat tabungan.
“Perkembangan ini mengindikasikan bahwa meskipun kondisi fundamental terjaga, sentimen pelaku ekonomi masih memerlukan pemulihan sejalan dengan upaya menjaga stabilitas harga dan memperkuat prospek pertumbuhan daerah,” tutur dia.
Ke depan, Andy menegaskan, terdapat optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Sumbar, didorong oleh kinerja industri pengolahan terutama dari subsektor hilirisasi CPO. Ekspor CPO meningkat signifikan secara tahunan, menunjukkan potensi besar penguatan agroi ndustri.
“Di sisi lain, sektor pertanian mengalami perlambatan akibat penurunan produktivitas tanaman pangan dan dampak cuaca ekstrem, yang juga memicu tekanan inflasi pangan. Kondisi ini penting untuk menjadi perhatian, mengingat sektor pertanian merupakan tulang punggung ekonomi daerah serta menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat,” jelas Andy.
