JAKARTA, METRO–Memasuki kuartal IV 2025, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memproyeksi permintaan kredit meningkat. Sejalan dengan momen libur natal dan tahun baru (nataru) serta persiapan menyambut Ramadan dan lebaran pada awal tahun depan. Meski, target pertumbuhan kredit yang ditetapkan cukup konservatif.
“Pertumbuhan kredit sekitar 6 sampai 8 persen. Kita masih tetap menargetkan angkanya seperti itu,” ucap Presiden Direktur BCA Hendra Lembong dalam sesi tanya jawab paparan kinerja kuartal III 2025, Senin (20/10).
Hingga akhir September 2025, BCA dan entitas anak membukukan pertumbuhan kredit sebesar 7,6 persen secara tahunan menjadi Rp 944 triliun. Penyaluran kredit korporasi menjadi yang tertinggi dibanding segmen lain. Meningkat 10,4 persen year-on-year (YoY) mencapai Rp 436,9 triliun.
Sementara kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) hanya naik single digit. Masing-masing tumbuh 5,7 persen YoY menjadi Rp 142,9 triliun dan 7,7 persen YoY menjadi Rp 129,3 triliun. Untuk kredit konsumer hanya naik 3,3 persen YoY menjadi Rp 223,6 triliun.
“Didorong kenaikan KPR (kredit pemilikan rumah) sebesar 6,4 persen YoY menjadi Rp 138,8 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya, mayoritas kartu kredit, tumbuh 6,9 persen YoY mencapai Rp 23,5 triliun,” jelasnya.
Hendra memastikan, kualitas pinjaman BCA tetap terjaga. Terlihat dari rasio loan at risk (LAR) 5,5 persen di kuartal III 2025. Membaik dari 6,1 persen setahun sebelumnya. Rasio kredit macet alias non-performing loan (NPL) terkendali di level 2,1 persen. “Pencadangan NPL dan LAR tercatat memadai, masing-masing 166,6 persen dan 69,5 persen,” tegasnya.
Direktur BCA Vera Eve Lim berharap, pertumbuhan kredit bisa lebih agresif di kuartal IV 2025. Mengingat, ada momen perayaan Natal dan tahun baru (nataru) di akhir tahun ini.
