PADANG, METRO–Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Barat (Karantina Sumbar) kembali mencatatkan capaian positif di sektor ekspor. Sebanyak 12.000 ton Palm Kernel Shell (PKS) atau cangkang inti sawit berhasil difasilitasi untuk dikirim ke Jepang dengan nilai transaksi mencapai USD 960.000 atau setara Rp15,6 miliar.
Kepala Balai Karantina Sumbar, RM Ende Dezeanto, menegaskan bahwa ekspor ini menjadi bagian dari rutinitas kerja Karantina Sumbar dalam mendukung kelancaran perdagangan internasional.
“Komitmen kami adalah memastikan ekspor berjalan lancar dengan tetap mengedepankan aspek keamanan dan kualitas produk sesuai standar karantina internasional,” ujar Ende.
Ia menjelaskan, sebelum dikirim, PKS harus melewati serangkaian prosedur ketat. Proses dimulai dari pengambilan sampel (sampling) langsung di gudang penyimpanan milik perusahaan eksportir.
Sampel tersebut kemudian dibawa ke laboratorium karantina untuk diuji. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan cangkang sawit bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang bisa menimbulkan risiko bagi pertanian di negara tujuan.
“Jika ditemukan OPTK, produk tentu tidak akan bisa diberangkatkan. Karena itu, pengujian laboratorium menjadi tahap penting sebelum proses ekspor dilanjutkan,” kata Ende.
Setelah dinyatakan aman, tahap berikutnya adalah pengawasan pemuatan (loading supervision) ke kapal di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Petugas karantina hadir langsung di lapangan guna memastikan tidak ada kontaminasi serta memastikan kesesuaian produk dengan dokumen yang sudah diverifikasi.
Proses pengawasan ini, lanjut Ende, merupakan bentuk tanggung jawab Karantina Sumbar dalam menjamin mutu produk ekspor. “Kami ingin memastikan bahwa apa yang masuk ke kapal adalah produk yang benar-benar telah lolos dari semua tahapan pemeriksaan,” ujarnya.
