TANAHDATAR, METRO –Tak puas dengan hasil kesepakatan yang dicapai dengan Bupati Tanahdatar, puluhan pedagang kuliner lapangan Cindua Mato Batusangkar yang pada umumnya kaum ibu- ibu, mendatangi gedung DPRDTanah Datar, guna menyampaikan aspirasi terkait penolakan atas kebijakan pemerintah daerah setempat untuk merelokasi ke Eks TK Bhayangkari, Selasa (12/8).
Menurut pedagang, mereka menandatangani kesepakatan tersebut dengan sangat terpaksa, berada dalam tekanan dan intimidasi. ”Penandatanganan surat dengan terpaksa dan dalam tekanan, maka dari itu kami mengadukan nasib pada anggota DPRD,” kata sejumlah pedagang pada awak media.
Ditambahkan, selama menghadapi masalah ini, pelajar dari beberapa sekolah yang berada dilingkungan tempat kami berjualan, dilarang oleh Dinas Pendidikan Tanahdatar untuk keluar pekarangan saat jam istirahat tiba, dengan tujuan agar mereka tidak berbelanja di tempat para pedagang. ”Omset kami jauh menurun, Dinas Pendidikan melarang siswa keluar lingkungan sekolah untuk berbelanja diwarung kami, sedih kami menghadapi situasi ini,” kata para pedagang.
Terkait ini, Kepala Disdik In Hendri Abbas mengatakan tidak pernah menginstruksikan pihak sekolah untuk melarang siswa keluar sekolah saat jam istirahat untuk berbelanja dipasar kuliner. ”Kami tidak pernah menginstruksikan pihak sekolah melarang siswa untuk keluar saat jam istirahat untuk belanja dipasar kukiner,” katanya.
Puluhan pedagang tersebut diterima Ketua DPRD Anton Yondra, didampingi Wakil Ketua Nurhamdi Zahari dan Kamrita, Ketua Komisi II Syafril berserta anggota Agus Topik, Darius Dt Bandaro, Sulva Hutri, H Herri Wildani, Masnefi, Indra Gunalan, dan Jamal Ismail. Pedagang Kuliner Lapangan Gumarang melalui juru bicaranya Andri mengatakan pihaknya menolak dipindahkan ke eks bangunan TK Bhayangkari, disamping lokasi nya jauh dari keramaian, juga tidak strategis, serta belum tersedianya fasilitas pendukung, seperti air pdam, lampu penerangan, dan lokasi nya juga curam, karna bertingkat – tingkat.
”Kami tidak ingin dipindahkan, terlepas dari hal itu, lokasinya sangat tidak aman. Karna yang berbelanja pada umumnya anak sekolah, tentu dikwatirkan akan keselamatannya,” ujarnya.
Dikatakan dia, orasi penolakan tersebut, telah dilakukan mediasi dan menghadap pimpinan daerah di gedung Indo Jolito Batusangkar.














