JAKARTA, METRO— Industri ritel didorong untuk mampu beradaptasi dengan perubahan jaman. Tak hanya ritel di skala besar, industri ritel di skala mikro seperti toko kelontong juga dinilai tak boleh lengah menghadapi perubahan tren konsumen.
Direktorat Jenderal PerĀdagangan Dalam NeĀgeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dewi Rokhayati menekankan pentingnya penguatan kapasitas digital para pemilik toko, mulai dari pengelolaan bisnis berbasis aplikasi, pembayaran nontunai, penjualan produk digital dan UMKM lokal, hingga sistem pengantaran berbasis daring.
Menurut Dewi, bisnis warung sembako dan proĀduk Fast Moving ConsuĀmer Goods (FMCG) masih merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan. āJenis produk yang merupakan kebutuhan harian maĀsyarakat dan perputaran barang yang cepat, menjadikan bisnis toko sembako dan produk FMCG memberikan peluang besar untuk meraih kesuksesan dan omzet yang tinggi,ā ujarnya.
Dengan lebih dari 64 juta UMKM di Indonesia, pemberdayaan sektor ini menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dewi juga menegaskan akan melibatkan pihak ritel yang lebih besar untuk dapat meningkatkan kapasitas usaha, memperluas akses digital, dan mengintegrasikan UMKM ke dalam ekosistem distribusi modern, sehingga mendorong proĀduktivitas, serta perluasan pasar ritel-ritel mikro.
Bicara mengenai industri ritel, pemerintah masih optimistis sektor ritel Indonesia tetap mengalami pertumbuhan yang positif, meski beberapa waktu terakhir sejumlah toko ritel terpaksa menutup gerai akibat penyesuaian bisnis. āKami optimistis sektor ritel Indonesia akan mengaĀlami pertumbuhan yang positif secara moderat,ā ujar Direktur Bina Usaha Perdagangan Kemendag Septo Soepriyatno.
Septo mengatakan, pertumbuhan ini dapat terwujud apabila didukung dengan ekosistem industri yang baik. Menurut dia, kolaborasi dengan berĀbagai pihak, baik antara kementerian/lembaga dan juga swasta dapat memperbaiki kondisi daya beli masyarakat.




















