JAKARTA, METRO–Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar setelah alamai cidera dan operasi di kaki beberapa waktu lalu, sudah mulai banyak beraktifitas normal kembali. Diantaranya dia menjadi pembicara kunci di dalam Kolokium dan Bedah Buku “Salve Peregrinans Spei!” di Jakarta pada Selasa (25/2).
Forum ilmiah yang mencerminkan kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta 2024 lalu itu, diselenggarakan oleh kampus Unika Atma Jaya bersama Frans Seda Foundation (FSF). Semangat yang diusung adalah, menekankan iman, persaudaraan, dan bela rasa. Sebagaimana diuraikan dalam buku yang merangkum perspektif 33 tokoh Islam Indonesia terhadap kunjungan itu.
Dalam forum itu, Nasaruddin menyoroti tantangan dalam membangun harmoni antar umat beragama di Indonesia. Khususnya tengah situasi yang tidak menentu ini.
Imam besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, tantangan bangsa Indonesia saat ini adalah bagaimana menciptakan ruang yang semakin mempererat hubungan antarumat beragama, bukan justru menjauhkan. “Kurikulum pendidikan yang kami rancang (sekarang) bertujuan untuk membentuk generasi anak bangsa yang memiliki pemahaman agama tanpa disusupi ajaran kebencian,” ujar Nasaruddin.
Dia lantas mengatakan, kurikulum yang dirancang itu bernama Kurikulum Cinta. Dia menjelaskan Kurikulum Cinta dirancang untuk menanamkan nilai-nilai kasih dan toleransi sejak dini.
Menurut Nasaruddin, toleransi sejati bukan menyatukan yang berbeda atau memaksa kesamaan. Tetapi membangun penghormatan dan cinta di antara perbedaan.
“Makin berhasil kita mengelola keberagamaan, akan memberikan kontribusi besar pada citra Indonesia kepada dunia luar,” tambahnya.
















