PADANG, METRO – Joni (50) salah seorang petugas Dinas PUPR Kota Padang, bekerja keras menaikkan sampah yang diambil di pinggir dan dalam sungai. Begitu pula dengan rekannya, berenang menangkap sampah yang mengambang di permukaan Batang Arau, Kota Padang. Mereka tampak sibuk membersihkan sampah demi sampah di sekitar sungai kawasan Seberang Palinggam Padang.
“Saya dan teman-teman mulai dari pagi sampai sekarang,” katanya yang istirahat sejenak.
Karena mengangkut dan mengambil sampah, tentu tangan, baju, celana dan sepatunya basah dan kotor. Kondisi Joni dan rekan-rekannya sangat jauh berbeda dari sebagian peserta. Mereka datang ke lokasi pelaksanaan goro massal dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia (HAS) dan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Setidaknya 2.500 personel dilibatkan dalam aksi goro massal tersebut. Hanya saja, sebanyak yang datang tak banyak yang bekerja. Pantauan koran ini, yang benar-benar bekerja mungkin hanya untuk pagawai level bawahan saja. Seperti Joni, dari PUPR Padang bersama rekannya di atas. Begitu pula yang muda-muda, mereka yang bisa diperintah oleh atasan mereka sendiri, Dinas Kebersihan.
Mereka masuk sungai, menyabit dan mencangkul rumput, mengangkat sampah dan memasukkannya ke tong sampah. Selain pegawai rendahan, personel TNI dan Polri dan sejumlah pegawai LSM dan yang peduli lingkungan, juga paling sibuk bergerak mengangkat dan mengangkut sampah demi sampah dari sungai dan sekitarnya. Ada yang menggunakan boat, ember dan dua tangan tanpa harus merasa jijik.
Sedangkan yang lainnya banyak yang menjadi penonton. Pemandangan lainnya, seorang perempuan berbaju seragam malah aksi berselfie. Mereka pun mengambil latar orang-orang yang bekerja di belakang. Tangan, baju, celana apalagi sepatu mereka masih bersih tanpa kena lumpur becek sedikit pun. Pemandangan lainnya, kaum bapak yang juga berseragam sama satu sama lain tampak gagah-gagahan di sekitar lingkungan goro massal itu. Mereka berpakaian rapi, ada yang berkaca mata hitam, bertopi keren agar tidak kepanasan.
Goro membersihkan Batang Arau sebagai peringatan Hari Air Dunia, dan Hari Peduli Sampah Nasional tersebut melibatkan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian PUPR, Maryadi Utama, OPD Pemprov Sumbar, Pemko Padang, Forkopimda, TNI, Polri dan relawan serta pemerhati lingkungan.
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno saat pembukaan goro menyebut, kegiatan ini bertujuan menyikapi jumlah sampah yang ditemukan di laut dan di pinggir pantai yang mengakibatkan terganggunya biota laut dan keindahan pantai.
“Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan Sungai Batang Arau menjadi bersih dan bisa digunakan untuk objek wisata air dan tempat kuliner,” kata Irwan.
Irwan juga mengimbau seluruh warga yang berada di sekitar sungai Batang Arau untuk tidak membuang sampah ke sungai. Karena, dengan membuang sampah ke sungai dapat menganggu habitat laut dan menganggu para nelayan dalam mencari ikan.
“Semoga kegiatan ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sembarang tempat,” tutup Irwan.
Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Yosmeri mengatakan, gotong royong membersihkan sungai ini melibatkan sedikitnya 2.500 orang yang dibagi menjadi beberapa segmen.
”Ada enam segmen yang kita bagi dalam enam pos. Semua itu kita lakukan agar pembersihan sungai dapat selesai dengan cepat,” terangnya.
Direncanakan, dalam tiga bulan ke depan, kegiatan gotong royong ini akan dilaksanakan setiap minggu. Ia menyebutkan, salah satu alasan digelarnya kegiatan tersebut, karena DKP peduli akan kebersihan sungai. Artinya apabila sungai bersih, maka ikan-ikan yang hidup di dalam Batang Arau ini dapat hidup dengan baik. Hal ini dikarenakan, sampah tidak hanya mencemari udara, tapi juga mengganggu ekosistem ikan yang ada di dalam sungai.
Yosmeri menyatakan, sampah-sampah yang banyak bertebaran di Batang Arau itu kebanyakan sampah dari rumah tangga yang sengaja dibuang ke sungai, yang akhirnya masuk ke laut berakibat tercemarnya laut. Dikatakannya, salah satu bentuk sampah yang telah mengganggu hasil tangkapan nelayan, terlihat bagi nelayan pukat yang ada di Pantai Purus Padang. Dari 5 baskom hasil tangkapan ikan yang menggunakan pukat, kini dengan kondisi banyaknya sampah, telah mengurangi hasil tangkapan yakni tidak lebih dari tiga baskom.
“Saya ada melihat langsung bahwa isi pukat nelayan itu banyak isi yang merupakan sampah rumah tangga seperti plastik, kain, baju, kaleng, dan lain sebagainya. Besarnya limbah di Batang Arau, juga pernah terjadi di beberapa sungai lainnya seperti Batang Anai, Banda Bakali,” ucapnya. (fan)