KHATIB, METRO – Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang umum dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Biasanya TB menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Sebab TB menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.
“Jadi TB ini tidak hanya menyerang organ paru saja. Tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Maka untuk itu, kita perlu mengedukasi masyarakat menginformasikan bahaya TB ini melalui penyuluhan dan pengecekan langsung ke lapangan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Merry Yuliesday saat peringatan Hari TB Sedunia di Car Free Day (CFD), Minggu (24/3).
Merry menyebutkan, target pencapaian penanggulangan TB di Sumbar 2018 diangka 70 persen. Namun, dari data yang dikumpulkan dari Dinas Kesehatan, dari 19 kabupaten dan kota, angka capaian TB di Sumbar baru mencapai angka 46 persen.
“Ini kan jauh dari target pencapaian yang ditargetkan 70 persen di masing-masing kabupaten dan kota. Maka untuk itu, kami mengimbau setiap dinas kesehatan, puskemas atau rumah sakit yang ada di daerah jangan harapkan masyarakat untuk datang melakukan pengecekan atau berobat, tetapi mesti terjun ‘jemput bola’ ke rumah-rumah masyarakat, sehingga ini akan meningkatkan cakupan target penanggulangan TB di Sumbar,” kata Merry.
Untuk diketahui, dari data Dinkes Sumbar ini, cakupan capaian penanggulang TB yang paling tinggi 2018 yakni, Pariaman (67 persen), Padangpanjang (66 persen) dan Bukittinggi (63 persen). Kemudian disusul Kota Solok (59 persen), Pasaman Barat (58 persen), Padang (56 persen), Pesisir Selatan (53 persen), Payakumbuh (51 persen), Dharmasraya (48 persen), Mentawai (47 persen), Pasaman (44 persen), Agam (42 persen), Padangpariaman (40 persen), Solok Selatan (36 persen), Sijunjung (34 persen) dan Limapuluh Kota (28 persen).
Sedangkan, yang terendah capaian penanggulangan TB yaitu Tanahdatar (25 persen), Sawahlunto (25 persen) dan Solok (23 persen). Sementara itu kata Merry, TB ini tidak hanya menyerang orang dewasa saja. Tetapi, akan sangat bahaya karena TB ini bersifat menular sehingga dapat menulari anak-anak.
“Tidak hanya orang dewasa saja. Tapi dapat menyerang anak-anak, dari data kita di Sumbar sudah ada penemuan TB anak, untuk Sumbar yaitu penemuan kasus TB anak berada pada 2018 persentase 6 (enam) persen,” ulas Merry.
Sementara itu, Dokter Spesialis Anak RSUP Dr M Djamil Padang, Dr dr Finny Fitry Yani, SpA(K) mengungkapkan, penyakit TB itu dapat menular kesiapapun. Baik itu mereka yang taraf sosial ekonomi tinggi maupun rendah semua berisiko tertular TB. Apalagi mereka yang berpopulasi padat, dengan ventilasi rumah yang tidak bagus dan pencahayaan matahari yang juga tidak masuk ke dalam rumah.
“Jadi jika ada yang memiliki penyakit TB, kondisi rumah seperti itu akan dapat tertular. Sebab kuman-kuman yang dibawa melalui udara itu dapat hidup berbulan-bulan dan terbang saat kering, apalagi ini tertular pada anak sehingga sangat berbahaya sekali,” kata dr Finny.
Dr Finny menyebutkan, bahaya kepada anak yang tertular TB ini akan mengakibatkan kejang, mengenai otak, kesadaran menurun serta cacat. Ini sangat berbahaya bagi anak, untuk itu jika ada anak yang terkena gejala TB agar segera diobati. Sebab jika tenang-tenang saja, kuman itu hanya mati suri, sebab ketika memasuki dewasa kuman akan kembali aktif.
“Untuk itu jangan malu terkena TB, segera obati. Apalagi, udah batuk-batuk dua minggu, bilang saja ke dokter apakah terkena TB biar diperiksa lebih lanjut. Sebab selama ini masyarakat seolah membiarkan atau malu jika terkena TB. Jadi jika ada terasa kemungkinan lebih baik diperiksa, kasihan mereka yang akan tertular. Kita yakin jika disasar dari sekarang target tahun 2030 penyakit TB hilang di Indonesia akan tercapai,” tukas dr Finny.
Dr Finny menambahkan, Dokter Spesialis Paru RSUP M. Djamil Padang dr. Irvan Medison, pihaknya mengimbau masyarakat untuk sadar akan kebersihan lingkungannya. Sebab sarang-sarang kuman TB dapat hidup pada lingkungan yang kurang bersih dan pencahayaan matahari yang masuk ke rumah tertutupi. Kemudian, berolahraga sehingga daya tahan tubuh akan meningkat.
“Dengan melakukan cara yang sederhana itu dapat menjadi sebuah langkah awal dalam pencegahan TB. Maka, kita harapkan dapat diterapkan masyarakat dalam kesehariannya,” pungkasnya. (mil)