PADANGPARIAMAN, METRO – Para petani di Korong Padang Lariang, Nagari III Koto Aur Malintang Utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang Utara, Kabupaten Padangpariaman sangat berharap dibenahinya aliran irigasi yang ada di daerah itu. Khususnya perbaikan banda usang dan banda baru yang terletak di kawasan Sibarasok Padang Lariang. Pasalnya, saat ini kedua aliran irigasi tersebut praktis tak lagi berfungsi sejak enam bulan belakangan, setelah mengalami kerusakan serius akibat longsor yang terjadi di sekitar kawasan tebing di kawasan itu.
Informasi yang dihimpun koran ini melalui sejumlah warga di kawasan itu, longsor yang menimpa kedua aliran irigasi tersebut terjadi sejak enam bulan yang lalu, dipicu akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan itu.
“Makanya tak heran bila saat ini warga di sini tidak lagi bisa turun ke sawah untuk menanam padi, karena sumber air untuk itu sudah tidak memungkinkan,” ungkap Edi, salah seorang warga Padang Lariang.
Edi juga menyebutkan, kedua aliran irigasi tersebut selama ini sangat fital artinya dalam mengairi lahan pertanian masyarakat di daerah itu. Namun akibat longsor yang terjadi akhirnya kedua aliran irigasi tersebut ambrol tertimbun oleh material tanah dan pasir.
Senada dengan itu diakui Sutan Parmato, salah seorang warga setempat. Diakuinya, sejak ambrolnya kedua aliran irigasi tersebut para petani di daerah itu banyak yang beralih ke tanaman lain. Khususnya dengan menanami lahan pertanian mereka dengan tanaman jagung.
“Sebenarnya kedua aliran irigasi ini sudah pernah diperbaiki menggunakan dana bantuan pemerintah, namun sayangnya akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan itu, akhirnya tebing di sekitar aliran irigasi tersebut kembali longsor, sehingga menimbun kedua tali bandar di kawasan itu,” terangnya.
Dengan alasan itulah, baik Edi maupun Sutan Parmato berharap adanya solusi terbaik dari pihak terkait, sehingga kedua aliran tali bandar itu bisa kembali difungsikan sebagaimana mestinya.
“Karena sejak tidak berfungsinya kedua aliran irigasi ini, maka praktis lahan pertanian banyak yang terlantar, sehingga masyarakat banyak yang beralih ke tanaman lain,” terang Sutan Parmato.
Hasil penelurusan koran ini didampingi Sutan Parmato, salah seorang tokoh masyarakat setempat, terlihat kondisi kedua aliran tali bandar tersebut sangat mengenaskan. Ironisnya, parahnya kerusakan kedua aliran tali bandar di kawasan itu jelas tidak bisa diperbaiki secara manual, melainkan harus ada upaya lain dari pihak terkait.
“Karena untuk bisa memperbaiki kembali kerusakan pada kedua aliran tali bandar ini jelas membutuhkan biaya yang sangat besar, bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Makanya kita tentu berharap hal ini bisa menjadi perhatian serius bagi pihak terkait,” harapnya.
Pantauan koran ini sepanjang Senin kemarin, akibat tidak berfungsingan kedua aliran tali bandar di kawasan itu, para petani terlihat memilih menanami lahan mereka dengan tanaman jagung. Makanya tak heran, hampir tidak ditemui lagi warga yang menanam tanaman padi.
“Sebenarnya kalau disuruh memilih jelas masih sangat banyak warga yang ingin kembali ke sawah. Namun apa hendak dikata, karena kedua aliran tali bandar yang mengairi ratusan hektare lahan pertanian warga di daerah ini tidak lagi berfungsi sebagaimana harusnya,” ujar Sutan Parmato. (efa)