PADANG, METRO – Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Novrizal Tahar mengungkapkan, Badan Pusat Statitistik (BPS) pernah merilis, indeks ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan, yang hasilnya “menakjubkan”.
Dimana, sekitar 72 persen warga masyarakat tidak peduli terhadap pengelolaan sampah.
“Hanya 28 persen warga peduli dengan sampah. Angka yang sangat rendah, betapa banyak warga tidak peduli dengan pengelolaan sampah di lingkungannya,” kata Novrizal, saat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tingkat Sumbar, Sabtu (16/3) di Pantai Padang.
Dalam kegiatan itu sekaligus dilaunching olahraga plogging dan pembentukan komunitas plogging oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.
Dijelaskan Novrizal, dari data BPS tersebut diketahui jika persoalan sampah bukan persoalan ringan, tapi berat. Pertama, masalah trend sampah plastik yang makin lama semakin meningkat. Sampah plastik jadi ketakutan baru.
Selain itu, sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah rumah tangga dan makanan. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, sampai tahun 2015, sampah dari rumah tangga belum dipilah dan didaur ulang. Padahal kampanye itu sudah terus digaungkan.
Total baru 8,75 persen sampah yang dipilah dan dimanfaatkan, dan 10,09 persen sampah total di Indonesia dipilah kemudian dibuang. Sisanya sekitar 81,16 persen dari jutaan ton sampah di Indonesia masih tidak dipilah.
Sedangkan, dalam kurun waktu 2002-2016, terjadi peningkatan komposisi sampah plastik dari 11 persen menjadi 16 persen. Bahkan, di beberapa kota besar bahkan komposisinya mencapai sekitar 17 persen.
“Jadi memang ada kondisi yang mulai membuat kita khawatir. Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga masyarakat,” tuturnya.
Ia mencontohkan, kejadian pada 21 Februari 2005, saat sekitar 157 jiwa melayang dan dua kampung terhapus dari peta karena tergulung longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah, Kota Cimahi.
“Musibah itu tentu kita harap tidak terjadi lagi. Sejak kejadian itu, maka pemerintah menetapkan setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional, sebagai renungan bahwa persoalan sampah bukan persoalan ringan,” imbuhnya.
Sekarang, menurut Novrizal, jargon buang sampah pada tempatnya harus ditinggalkan. Karena masyarakat harus diajak untuk membawa sampah ke TPA. Mengubah mindset untuk mencegah terjadinya sampah. Tidak gunakan plastik, memilih sampah organik dan anorganik.
Gubernur Sumbar Irwan Praytino, mengajak masyarakat untuk bertanggungjawab dengan sampah diri sendiri, dan keluarga. Pasalnya, sampah bisa menjadi mimpi buruk bagi masyarakat.
“Sampah berbahaya, sampah bisa menakutkan, sampah bisa buat sakit. Ini yang harus kita tanamkan, sehingga tak ada sampah di sekitar kita,” sebut Irwan Praytino.
Sedangkan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Siti Aisyah, mengungkapkan kegiatan plogging digagas saat peringatan HPSN untuk mengubah mindset masyarakat tentang pengelolaan sampah. Plogging merupakan kerja sama antara DLH Sumbar dengan PT Semen Padang dan PT PLN Unit Produksi Ombilin, Teluk Sirih dan Bukittinggi dan menjadi trend di masyarakat bahwa berolah raga dapat dilakukan sambil memungut sampah.
“Di luar negeri, plogging merupakan olahraga berlari sambil memungut sampah, tapi kalau di Sumbar kita ingin tidak hanya saat olahraga lari, tapi setiap saat mari kita peduli sampah. Sekarang, mari mumungut sampah. Kemampuan pemerintah mengelola sampah belum mencapai 40 persen. Diharap dengan program ini bisa membantu pembersihan sampah,” ungkap kepala dinas yang disapa Icha ini.
Sementara itu, untuk peringatan HPSN tingkat Sumbar, selain plogging, DLH juga melakukan goro bersih sungai Batang Harau dan Kampung Nagari Inovasi. (ren)