PADANG, METRO— Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam pada setiap bulan Zulhijah merupakan hari raya yang sangat identik dengan dua ibadah, yakni haji dan kurban. Idul Adha, haji, dan kurban juga tak bisa dipisahkan dari kisah dan perjalanan hidup Nabi Ibrahim beserta keluarga karena banyak peristiwa yang mewarnai kehidupannya diabadikan dalam ritual ibadah haji dan kurban.
Mari kita menelusuri kembali kisah perjalanan dan perjuangan hidup yang dialami oleh Nabi Ibrahim yang berkaitan erat dengan ibadah haji dan kurban. Dengan mengenang kembali perjuangan Nabi Ibrahim sebagai Perjalanan Spritual mencari Tuhan, diharapkan kita mampu mengambil ibrah, hikmah, dan nilai-nilai spiritual sebagai modal ini. “Inilah awal Allaah swt Menguji Keimanan Nabi Ibrahim AS Meng-Esakan Allah, hanya Allaah swt saja yg berhak disembah tidak boleh kecintaan kpd Makluk melebihi Kecintaan kepada Allaah SWT,” ujar Kompol Syafrizen Datuak Rang Batuah, saat memberi cemarahj Idul Adha 1445 H di Masjid Darul Hujjaj, Embarkasi Padang, Senin (17/6).
Dalam ceramahnya, Syafrizen menyembutakn, bahwa kisah awal perjalanan dan perjuangan keluarga Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Siti Hajar dari saat Allah menganugerahi mereka seorang putra yang sudah diidam-idamkan sejak lama.Kelahiran putra yang diberi nama Ismail ini diiringi dengan perintah dan cobaan dari Allah Swt untuk menempatkan Siti Hajar dan Ismail di daerah lembah yang tandus dan gersang. Kisah ini diabadikan dalam Al Quran surat Ibrahim Ayat 37.
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan sholat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Ketika tinggal di lembah itu, suatu hari Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Ismail. Ia pun mencari air ke sana-kemari sambil berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali. Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan menjadi salah satu rukun haji, yakni Sa’i atau berlari-lari kecil antara kedua bukit tersebut.
Di tengah kesusahan tersebut, Allah menurunkan pertolongan melalui mata air yang muncul dari tanah, tepat di bawah kaki Ismail, yang saat itu sedang menangis kehausan. Di tempat inilah keluar air penuh berkah yang sampai saat ini bisa terus dinikmati oleh umat Islam seluruh dunia bernama air zam-zam.
Cobaan keluarga Nabi Ibrahim tidak berhenti sampai di situ. Nabi berjuluk “Khalilullah” (kekasih Allah) ini mendapatkan perintah dari Allah Swt melalui mimpi untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Perintah ini juga menjadi sebuah ujian keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim kepada Allah. Sebab sebelumnya, ia pernah mengeluarkan janji bahwa jika Allah menghendaki Ismail untuk dikurbankan, maka ia akan melakukannya.
















