Sawahlunto – Jubaidah lahir pada 29 Januari 1969 silam. Rumahnya hanya berbatas gang dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Sawahlunto. Seperti menentang kata pepatah “Berkawan dengan penjual parfum akan menawarkan keharuman pada temannya”. Namun hal itu tidak pada Jubaidah.
Pagi itu, di lorong sempit itulah, penulis menemuinya, karena memang dia berdomisili di tempat itu. Sambutan hangat diiringi senyuman menyapa penulis dengan nada rendah “Ada apa dek, ada yang bisa dibantu?”
Penulis pun tak ingin banyak bicara dan langsung menyampaikan maksud untuk membuka cerita tentang deritanya. Ya, karena dia juga terlihat pandai bergaul menjadikan niat penulis lancar membahas tentangnya.
Jubaidah menceritakan tentang kisah hidupnya. Diawali dengan keinginannya memakai sepatu sejak kecil, karena menurutnya hal itulah penyebab utama dia berhenti melanjutkan kejenjang SMP setelah tamat di SD.
“Saya dari dulu ingin memakai sepatu, tapi tak ada sepatu yang bisa dipakai. Sementara teman-teman dulu semua memakai sepatu. Hal itulah yang membuat saya berhenti sekolah selain bengkak pada sekujur tubuh saya yang kian tak sembuh,” ungkap wanita berbahasa tangsi ini.
Jubaidah menjelaskan bahwa ia telah banyak mengobati penyakit yang dialaminya tersebut hingga sekarang. Mulai dari pengobatan herbal hingga ke dokter, namun itu sudah tidak lagi ia pikirkan. Ia pasrah akan keadaan. Ia hanya mengharapkan mukjizat hadir menyambanginya.
“Saya sudah pasrah, karena saya tak tahu harus bagaimana lagi mengobatnya. Inilah takdir saya seumur hidup bersama penyakit,” ungkap Jubaidah dengan lima saudara ini.
Melihat lontarannya itu, penulis yakin telah banyak yang dia perbuat untuk kesembuhannya. Namun permasalahan ekonomi tetap juga menghampirinya hingga tak dapat banyak dibuat. Di zaman serba canggih ini tentu akan ada obat dan peralatan canggih untuk kesembuhannya jika pemerintah dan masyarakat fokus menangani.
Namun begitu, Jubaidah berharap agar bisa hidup seperti layaknya orang biasa, yaitu bisa memakai sepatu. Kemudian, tak lagi merasakan sakit terus-menerus dan bisa kesana kemari dengan bebas walau hanya sebentar saja. (**)