Dua kali sudah debat calon Presiden dan wakil Presiden digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Banyak yang menyebut, hasil debat bisa mengubah pilihan masyarakat, tapi ada juga sebaliknya. Rakyat telah menentukan pilihan jauh sebelum debat Capres-Cawapres dilakukan, jadi tak akan ada perubahan.
Dengan sistem Pilpres masih seperti yang lama, tapi ada kemungkinan digelar dua putaran seperti tahun 2004. Saat Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus bertarung dua putaran. Putaran pertama 5 Juli 2004 diikuti 5 pasangan calon. Berdasarkan hasil pemilihan umum yang diumumkan pada tanggal 26 Juli 2004, dua pasangan lolos ke putaran berikut.
Pasangan nomor urut 1 Wiranto-Salahuddin Wahid mendapatkan 26.286.788 (22,15%), Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi 31.569.104 (26,61%), Amien Rais-Siswono Yudo Husodo 17.392.931 (14,66%), Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla 39.838.184 (33,57%) dan Hamzah Haz-Agum Gumelar 3.569.861 (3,01%).
Selanjutnya putaran kedua 4 Oktober 2004 menghasilkan kemenangan bagi SBY-JK. Saat itu, pasangan Megawati-Hasyim Muzadi mendapatkan 44.990.704 atau 39,38%. Sementara SBY-JK meraih 69.266.350 atau 60,62% suara. Incumbent Presiden Megawati tumbang dan harus menanti Pilpres 2009, dimana dia kembali dikalahkan oleh SBY-Boediono dalam satu putaran saja.
Seperti diketahui, UUD 1945 mengatur tentang Pilpres dua putaran. Itu bisa dilakukan KPU jika ada lebih dari 2 pasangan calon Presiden-wakil Presiden yang memenuhi syarat atau tak ada peserta yang mendapat suara lebih dari 50 persen. Diatur dalam Pasal 6A UUD 1945.
Lebih jelas diatur dalam Pasal 6A Ayat (3) UUD 1945 bahwa pasangan capres-cawapres yang memenangkan kontestasi harus meraih lebih dari 50 persen suara dengan mendapat sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi dan lebih dari setengah total provinsi yang ada.
Apabila tidak ada pasangan calon Presiden dan wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih kembali pada putaran kedua oleh rakyat secara langsung. Pasangan peraih suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden-Wapres.
Jadi, dari tiga pasangan calon yang sedang bertarung, pastinya sangat menginginkan kemenangan satu putaran saja. Berkaca dari Pilpres 2004 atau Pilkada DKI Jakarta yang kerap terjadi dua putaran, begitu melelahkannya harus bertarung habis-habisan dua kali. Untuk melewati putaran pertama saja, modal berupa dana, energi, dan strategi sudah dihabiskan begitu Banyak. Belum lagi kalau terjadi gugatan-gugatan ke MK.
Pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar akhir-akhir ini memang tidak begitu getol bicara satu putaran. Bahkan, Capres Anies sendiri menyebut, tidak mempersiapkan diri untuk berlaga satu putaran. Dia mengaku punya ‘ilmunya’ memenangkan kontestasi dalam dua putaran. Hal itu tentu berkaca pada Pilkada DKI Jakarta yang membuat Anies mengalahkan Ahok di putaran kedua. Meski putaran pertama, dia kalah dari Ahok-Jarod.
Anies mencontohkan kondisi di Pilgub DKI yang menempatkan elektabilitasnya, bersama Sandiaga Uno, berada di posisi tiga atau terbawah. “Selama ini pada Survei Pilpres kami selalu berada di nomor urut 3. Ini juga pernah terjadi pada Pilgub DKI Jakarta. Tapi buktinya, kami menang di putaran kedua. Dan insya Allah kami menang,” tegas dia.
Meski Anies sudah mulai realistis, tapi para pendukungnya sejak deklarasi banyak yang meyakini bisa memenangkan Pilpres pada satu putaran. Meski akhir-akhir ini lebih banyak memberikan tanggapan atau statemen akan melaju ke putaran kedua. Dari sanalah nanti Anies-Imin akan kembali mengevaluasi dan memenangkan Pilpres pada putaran kedua.
Sementara pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka disebut semakin yakin akan memenangkan Pilpres dalam satu putaran. Para juru kampanye Prabowo-Gibran saat ini begitu yakin bisa menang pada putaran pertama dengan angka di atas 50 persen. Apalagi, sejumlah lembaga survei juga seperti memberikan gambaran hal itu.
Seperti hasil survei terbaru Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan elektabilitas paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sudah mencapai lebih 50 persen. Prabowo-Gibran menempati urutan teratas dengan 50,3 persen, unggul jauh dari Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 21,8 persen dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 21,3 persen.
“Elektabilitas pasangan nomor urut 2 itu naik dari 50,3 persen (di bulan November) dan kini mencapai 51,7 persen,” kata peneliti senior CPCS, Hatta Binhudi, Sabtu (23/12). Survei digelar selama 3-11 Desember 2023 yang melibatkan sebanyak 1.670 responden tersebar secara proposional di 34 provinsi. Responden merupakan warga berusia 17 tahun ke atas atau sudah memiliki KTP.
Tak jauh berbeda, survei Indikator Publik Nasional merilis survei tingkat elektabilitas 3 paslon Pilpres 2024. Hasilnya, Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan suara 50,2%. Elektabilitas kubu Anies-Imin sebesar 22,7 dan Ganjar-Mahfud 23,1%.
Survei digelar selama 3-11 Desember 2023 yang melibatkan sebanyak 1.670 responden tersebar secara proporsional di 34 provinsi. Responden merupakan warga berusia 17 tahun ke atas atau sudah memiliki KTP.
Sementara pasangan nomor urut 3 Ganjar-Mahfud yang awalnya begitu yakin menang satu putaran, kini sepertinya mulai putar otak. Lolos ke putaran kedua saja mereka sudah bersyukur. Karena hampir di semua lembaga survei, Ganjar-Mahfud berada di peringkat tiga, atau sangat tipis unggul dari Anies-Imin.
Hanya satu lembaga yang menempatkan Ganjar-Mahfud memenangkan Pilpres, yaitu lembaga survei asal Australia Roy Morgan. Dalam rilis survei tingkat keterpilihan Capres 2024. Elektabilitas Ganjar mencapai 38 persen. Sementara itu, Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto memiliki elektabilitas 30 persen. Anies Baswedan 25 persen.
Dalam sejumlah kampanyenya, Ganjar banyak mengutip survei terakhir ini, meski digelar jauh sebelum pengumuman pasangan calon. Ganjar juga masih kerap mendapatkan harapan memenangkan Pilpres satu putaran. Seperti saat melakukan kampanyenya di Solo Minggu (24/12). Warga berharap Ganjar menang dan selalu sehat.
“Beliau pemimpin yang baik, yang berwibawa, pokoknya saya dukung Pak Ganjar. Kangen sekali (dipimpin Ganjar). Pokoknya aku mendukung Pak Ganjar sekali. Mudah-mudahan Pak Ganjar menang satu putaran,” kata warga Solo Listianingsih.
Meski sekarang ada yang yakin satu putaran, ada yang ragu-ragu, tapi semua sebenarnya ingin satu putaran saja. Karena, Pilpres ini begitu berat, begitu menyita energi dan perasaan. Bisa membuat semua terpecah belah. Cukup satu putaran, karena pengalaman 2019, yang kalah juga masih bisa berpartisipasi membangun negeri.
Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama menyebut, “Pada akhirnya, itulah tujuan pemilihan ini. Apakah kita berpartisipasi dalam politik sinisme atau politik harapan?” Sekarang tergantung kita saja, mau turut berpolitik sinisme, atau harapan. Karena Indonesia adalah negara yang harusnya punya harapan yang besar, bukan mati gaya. (Wartawan Utama)
















