AIAPACAH, METRO – Program kampanye massal imunisasi campak dan rubella (MR) di Kota Padang sudah berakhir. Saat ini, anak dengan usia di atas 18 bulan tidak bisa lagi mendapatkan imunisasi MR karena programnya sudah berakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, Feri Mulyani mengatakan, imunisasi MR kini hanya menjadi imunisasi rutin saja. Artinya, yang bisa dilayani dengan imunisasi MR hanya anak yang sudah berumur 9 bulan hingga 18 bulan. Hal ini karena kampanye massal MR sudah berakhir di Kota Padang sejak 31 Desember 2018 lalu. Realisasinya hanya mencapai 51 persen.
”Jadi bagi anak dengan usia diatas 18 bulan, jika terkena campak atau rubella tak bisa lagi dapat suntik itu karena sudah terlambat. Programnya sudah berakhir,” ulas Feri Mulyani.
Diakuinya, dengan realisasi hanya 51 persen, Kota Padang belum mampu mewujudkan kekebalan pada semua warganya. Anak yang kebal terhadap virus campak dan rubella itu hanyalah yang sudah mengikuti imunisasi pada saat kampanye tahun lalu.
”Ya mau bagaimana lagi. Terlambat sudah. Programnya sudah berakhir,” tandas dia lagi.
Seperi yang diberitakan, sebelumnya Dinas Kesehatan Kota Padang sempat ngotot menjalankan vaksinasi MR kepada anak anak berumur 9-15 tahun. Namun sebagian besar masyarakat menolaknya karena proses pembuatannya memakai unsur babi.
Target 230 ribu anak dari usia 9 bulan hingga 15 tahun, ternyata hanya berhasil dicapai 51 persen saja. Ia mengakui, vaksin MR memang memakai unsur organ manusia (plasenta bayi yang tak digunakan lagi) sebagai bahan pengembangbiakannya. Plasenta bayi dipakai karena virus itu hanya bisa hidup dalam jaringan tubuh manusia. Sementara ketika berada di udara luar/bebas, dia akan mati.
Untuk pengembangbiakannya juga digunakan bahan dari unsur babi. Tapi itu hanya sebagai katalisator saja. Dan tidak termasuk pada produk hasil akhir. Virus yang telah dikembangbiakan tersebut kemudian dilemahkan dengan teknologi tinggi untuk kemudian dikemas menjadi vaksin.
“Prosesnya tidak sembarangan. Ia memakai teknologi tinggi. Dan vaksin itulah yang direkomendasi oleh WHO,” terang Feri Mulyani sebelumnya. (tin)