Oleh: Reviandi
Wakil Presiden (Wapres) Indonesia Ma’ruf Amin mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Kamis (7/9) pukul 17.06 WIB. Abah beserta rombongan terbang menggunakan pesawat Kepresidenan Boeing 737-400 TNI AU. Tidak terlihat pengamanan yang terlalu ketat saat mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu saat datang ke Sumbar.
Datangnya Wapres bersama istri Wury Amin disambut Gubernur Sumbar Mahyeldi bersama istri Harneli di VIP Room BIM. Wapres dan Gubernur sempat berbincang-bincang. Beberapa tahun lalu, keduanya pernah berdialog dengan posisi yang berbeda, Ketua Umum MUI dengan Wali Kota Padang yang juga seorang ulama.
Coba ingat-ingat lagi, sejak dilantik jadi Wapres 20 Oktober 2019, Ma’ruf Amin melakukan apa saja? Mungkin banyak meresmikan ini dan itu di berbagai Provinsi di Indonesia. Tapi, apa yang paling fenomenal dilakukan oleh pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu? Jawabannya yang tidak ada. Kareana itulah Wapres, fungsinya hanya menggantikan Presiden.
Tidak hanya era Jokowi saja Wapres tidak terlalu berperan di Indonesia. Sejak era mantan Presiden Soeharto, Wapres itu dapat disebut hanya sekadar pajangan. Setiap Pemilu dan Pilpres di DPR, Soeharto mendapatkan Wapres baru, tapi perannya sama; tidak ada. Zaman Order Baru (Orba) betul-betul dikuasai presiden over power dari Partai Golkar itu.
Di zaman reformasi, Gusdur juga tidak terlalu berbagi peran dengan Wapres Megawati, meski masa jabatan mereka bersama tak lama. Saat Megawati menjadi Presiden dan Hamzah Haz menjadi Wapres, peran RI2 juga kurang terdengar. Ketua Umum PPP itu malah banyak tersorot untuk masalah pribadi ketimbang perannya sebagai Wapres.
Saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa 2004-2014, dua Wapresnya Jusuf Kalla (2004-2009) dan Boediono (2009-2014) juga tak mendapatkan tempat yang banyak. Bahkan, JK nekat melawan SBY di 2009 dengan menggandeng mantan lawan SBY 2024, Wiranto. JK kalah, dan kembali terpilih menjadi Wapres Jokowi 2014-2019. Tapi, perannya tetap tidak terlalu banyak.
Karena itu lah, para pendukung Bacapres Anies Baswedan banyak yang menyabar-nyabarkan diri saat Muhaimin “Cak Imin” dideklarasikan sebagai Bacawapres Anies. Banyak yang membuka fakta-fakta negatif tentang Ketua Umum PKB itu. Baik soal partai, NU, masa lalu yang dianggap pengambil partai dan lainnya. Cak Imin banyak diragukan sebagai Wapres, karena berpotensi hanya sebagai pajangaan saja kalau terpilih nanti.
Para relawan, simpatisan, bahkan para Caleg yang mengusung Anies Baswedan sebagai Capres, begitu getol membela. Mereka membuat video, satus berbagai media sosial yang menyatakan, kalau Anies Baswedan tetap akan mereka dukung sebagai Capres. Meskipun dipasangkan dengan Muhaimin Iskandar yang elektabilitasnya tidak terlalu menonjol.
Para pendukung meminta ‘netizen’ untuk netral dan berpikif secara jernih. Kalaupun nanti Cak Imin yang diusung dan menang, pastinya tidak akan banyak berperan dalam pemerintahan. Karena secara konstitusi, banyak hal yang menguntungkan Presiden, dan tidak didapatkan secara setara oleh Wapres. Jadi, Cak Imin dianggap wajar oleh fans Anies, dipakai untuk sekadar meraih suara saja.
Sama persis dengan Ma’ruf Amin, Gus Imin juga dianggap dekat dengan NU. Kalau Ma’ruf benar-benar pengurus NU yang dikenal, Imin mungkin hanyalah keturunan kiyai NU saja. Apalagi, Imin sangat tidak sepaham dengan anak mantan Ketum PBNU yang juga mantan Presiden Abdurrahman “Gusdur” Wahid, yaitu Yenny Wahid.
















