Oleh: Reviandi
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) dapat disebut tidak menjadi pilihan masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) dalam dua kali Pemilihan Presiden (Pilpres). Pilpres 2014, Jokowi-Jusuf Kalla (JK) mendapatkan 539.308 suara atau 23,1 persen dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 1.797.505 suara atau 76,9 persen. Sementara 2019 Jokowi-Ma’ruf Amin 407.761 atau 14,05 persen dan Prabowo-Sandiaga Uno 2.488.733 suara atau 85,95 persen.
Angka 23,1 persen dan 14,05 persen adalah angka yang sangat minim jika melihat suatu daerah mendukung atau tidak. Seperempat orang yang memiliki hak suara saja tak tercover oleh Jokowi dengan JK atau Ma’ruf Amin. Sumbar menjadi daerah ‘oposisi’ yang benar-benar susah ditaklukkan Jokowi. Tapi, dua Pilpres telah berlangsung dan 2024, tak ada lagi nama dan foto Jokowi dalam kertas suara.
Hampir setiap bulan, ada lembaga yang merilis soal tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi. Seperti lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru terkait approval rating atau tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo. Dalam survei yang dilakukan pada 15-21 Juli 2023, data menunjukkan tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi mencapai angka 81 persen.
“Kalau kita agregat, total cukup puas dan sangat puas lebih kurang sekitar 81 persen, 81,1 atau 81,2 persen. Jadi memang mayoritas menilai kerja Presiden Joko Widodo ini cukup atau sangat puas,” kata Direktur Riset Indikator Politik Indonesia Mochammad Adam Kamil dalam rilis yang disampaikan, Jumat (18/8).
Rinciannya, sebanyak 14,8 persen responden menyatakan sangat puas dan 66,4 persen responden cukup puas. Sementara itu, 16,1 persen kurang puas; 1,8 persen tidak puas sama sekali; dan 1 persen tidak menjawab. Adam Kamil menyampaikan, ada tren peningkatan kepuasan terhadap kinerja Jokowi sejak akhir 2022.
Begitu hebat Jokowi, karena tingkat kepuasan terhadap kinerjanya begitu mentereng, di atas 80 persen. Padahal, 20 Oktober 2024 nanti, Jokowi akan mengakhiri 10 tahun masa kekuasaannya. Angka 80-an persen ini sangat besar, apalagi kalau dibandingkan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jelang turun 2014 lalu. Angkanya masih di kisaran di bawah 50 persen.
Tapi itu adalah angka nasional. Bagaimana dengan Sumatra Barat (Sumbar)? Dalam rilis terakhir memang tidak disampaikan. Tapi, pada survei Indikator 26 Juni-10 Juli 2023 dengan melibatkan 1.620 responden dari 19 Kabupatan dan Kota se-Sumbar, Direktur Indikator Burhanuddin Muhtadi pernah memberikan bocorannya dalam rilis hasil survei Presiden dan Partai politik di Sumbar pada Agustus lalu. Meski tak tertuang dalam materi acara live via Zoom, tapi Burhanuddin sempat menyebut angka.
Dia mengatakan, tingkat kepuasan warga Sumbar terhadap kinerja Jokowi menapai 55,4 persen sangat puas dan puas. Sementara tidak puas dan kurang puas totalnya mencapai 38,6 persen, sisanya tidak tahu tidak jawab. Dia mengakui, angka tidak puas terhadap kinerja presiden Jokowi lebih besar daripada tingkat nasional.
Saat itu Burhan menyebut, yang puas secara nasional nasional mencapai 81 persen, sementara di Sumbar 55,4 persen. Tetapi meski proporsi kepuasan lebih sedikit, dia menyebut, angka di atas 50 persen itu sudah tinggi di Sumbar. Biasanya di bawah 50 persen. Mungkin baru beberapa survei terakhir bisa mencapai angka itu, meskipun tidak setinggi di tingkat nasional.
Burhan juga menyebut, keluhan tingkat kepuasan di Sumbar ini pernah diungkapkan mantan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Dia masih mempertanyakan, kenapa angkanya masih di bawah 25 persen, bahkan setelah masuk periode kedua Jokowi 2019. Burhan menyebut, sampai awal 2023 angka itu masih rendah.
















