JATI, METRO–Pengurus Besar Persatuan Guru Agama Islam (PB PGAI) menggelar seminar dengan tema “Era Baru Perwakafan PGAI”, Selasa (25/7) di aula serbaguna Panti Asuhan PGAI. Bertindak sebagai narasumber dalam seminar, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) pusat, Muhammad Nuh.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PB PGAI Fauzi Bahar, Gubernur Sumbar yang diwakili oleh Kepala Biro Kesra Al Amin, perwakilan BWI Sumba.
Gubernur Sumbar melalui Kepala Biro Kesra, Al Amin mengatakan, wakaf merupakan amal jariyah yang dapat dilakukan, serta dianjurkan dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. “Seiring berkembangnya zaman, wakaf pun semakin diminati dan banyak dilakukan oleh banyak orang tidak hanya dengan aset, tapi juga dengan bentuk tunai,” ujar Al Amin.
Dikatakan Al Amin, pada tahun 2022 berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BWI Pusat, Sumbar berada di posisi 5 dengan indeks sangat baik wakaf secara nasional di bawah Banten, Riau, Kepulauan Riau, dan Aceh.
Al Amin juga menyampaikan, dengan adanya seminar ini muncul semangat dan antusias dari peserta seminar untuk mengembangkan kegiatan perwakafan yang semakin maju dn berkembang di ranah Minang ini.
“Kami mengapresiasi pengurus PGAI ini yang telah membangun kerja sama yang baik dan efektif dengan BWI Pusat dalam upaya memperkuat peran perwakafan sebagai instrumen pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Sumbar,” kata Al Amin.
Dalam pemaparannya, Ketua BWI Pusat Muhammad Nur menjelaskan, wakaf berkaitan dengan kesejahteraan, keilmuan keberagamaan, dan keabadian. “Dan untuk menyongsong era baru perwakafan itu ada tiga syaratnya yaitu, dalam menunaikan amal baik jangan sampai dihinggapi catatan-catatan yang akibatnya hati kita tidak khusyuk. Kita harus buka era baru tanpa harus pakai embel-embel lain sehingga menjadi amal yang baik di mata pencipta,” ujar Muhammad Nuh.
Dilanjutkan Muhammad Nuh, jika semua berkumpul untuk kebaikan, maka pertolongan Allah akan datang, sepanjang semuaya selalu kompak, rukun. “Karena kalau itu tidak ada, kita akan mendapatkan tiga sekaligus nilai negatif yaitu kehabisan energi, kehilangan oportuniti, dan kehilangan keberkahan,” ucapnya.
Dilanjutkannya, orientasi dari wakaf ini adalah manfaat. Apa saja yang kalau tidak mampu memberikan manfaat, akan ditinggal. “Sehingga filosofi yang kita pegang dalam mengelola aset-aset PGAI ini, bagaimana caranya kita bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada penerima manfaatnya. Untuk itu kita ingin, kita membangun PGAI ini dengan penuh ketulusan semata-mata karena Allah,” pungksnya. (rom)
