JAKARTA, METRO–Koordinator tindak pidana perdagangan orang (TPPO) bermodus jual beli ginjal, Hanim mengaku pada awalnya hanya mendapat bayaran tak lebih dari Rp 7 juta dari broker di atasnya. Saat itu, Hanim masih menjadi bawahan dari seseorang yang bisa menyalurkan para korban ke Kamboja.
“Saya dibayar tidak tentu, malah kadang satu bulan itu Rp 5 juta, Rp 7 juta. Jadi nggak tentu,” kata Hanim di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (21/7).
Hanim mengatakan, dirinya begitu menyembunyikan jenis pekerjannya dari keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, tidak ada satu orang dari keluarga maupun tetangga yang tahu pekerjaannya adalah menjadi koordinator jual beli ginjal.
“Tidak tahu, tapi istrinya tahu proyek. Keluarga tahu kerja begini pas saya tertangkap,” jelasnya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar kasus TPPO dengan modus penjualan organ tubuh bagian ginjal jaringan Indonesia-Kamboja. Kasus ini setidaknya telah memakan 122 orang.
“Ada 12 tersangka,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (20/7).
Kesembilan tersangka ini terdiri dari 9 orang sindikat dalam negeri. Mereka bertugas untuk mencari korban, menampung, mengurus dokumen korban, dan mengirim korban ke Kamboja.
Kemudian 1 tersangka lain adalah sindikat Kamboja. Dia berperan sebagai penyambung antara korban dengan rumah sakit tempat transplantasi dilakukan. Lalu ada 1 tersangka oknum petugas Imigrasi.
Terakhir 1 tersangka lainnya adalah oknum anggota Polri berinisial Aipda M. Bertugas merintangi penyidikan, supaya para sindikat tidak tertangkap. Dia pun menyuruh sindikat membuang handphone dan berpindah-pindah lokasi agar terhindari dari penangkapan.
“Pelaku melakukan eklspoitasi kepada korban. Kepada masyarakat kami ingatkan pemindahan atau transplantasi itu tidak dikomersialkan,” jelas Karyoto.
Kasus ini sendiri terungkap berangkat dari informasi intelijen. Lalu dilakukan penggerebekan lokasi yang diduga dijadikan penampungan korban TPPO di Tarumanegara, Bekasi, Jawa Barat. Setelah didalami, kasus ini melibatkan jaringan internasional di Kamboja. (jpg)
