Oleh: Reviandi
Ulang tahun ke-15 Partai Gerindra seperti mempertontonkan kemesraan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Gerindra yang juga Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto. Dua rival pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 ini saling puji dalam acara yang digelar kantor DPP Gerindra, Jalan RM Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2023).
Tak tanggung-tanggung, Presiden yang menyampaikan ucapan dalam video itu mengatakan elektabilitas atau tingkat keterpilihan Gerindra dan Prabowo Subianto berpotensi teratas. Tentu ini menjadi sebuah angin segar bagi partai dan jagoannya yang sedang bersiap bertarung dalam Pileg dan Pilpres 2024.
Jokowi mengatakan, Gerindra dan juga Prabowo bisa mendapat elektabilitas teratas jika kinerja terus didongkrak oleh para madernya. Dia mengaturkan selamat atas prestasi Partai Gerindra yang luar biasa dan jika kerja keras dan dongkrak terus Partai Gerindra potensial jadi yang teratas dan elektabilitas Prabowo menjadi yang tertinggi.
Jokowi juga menyampaikan terima kasih kepada Prabowo dan Gerindra atas dukungannya terhadap pemerintah. Jokowi menyebut dukungan Gerindra membantu pemerintah dalam melakukan agenda besar. Dukungan Partai Gerindra sangat membantu pemerintah dalam melakukan agenda besar bangsa.
Sementara Prabowo memuji Pemerintahan Presiden Jokowi dan mengaku mendukung dan membela Jokowi. Lebih kerasnya, bersaksi atas kerja keras Jokowi memimpin Indonesia. Pengakuannya, setelah bergabung dengan Jokowi, dia menjadi saksi melihat kerja keras dan bercita-cita yang sama membangun Indonesia.
Menurut Prabowo, Jokowi adalah pemimpin yang bisa dan berani mengambil keputusan. Bahkan, tak jarang Jokowi melawan tekanan-tekanan dari luar. Ia pun mengajak kader Gerindra menghargai pemimpin negara. Dia memastikan kalau tidak menjilat Jokowi, tapi mengakui.
Nah, dari sini bisa terlihat bagaimana mesranya Jokowi-Prabowo. Bahkan pernah ada informasi yang menyebut, Jokowi bersedia menjadi wakil Presidennya Prabowo. Pasangan Prabowo-Jokowi ini disebut-sebut telah mendapatkan dukungan dari koalisi Gerindra-PDI Perjuangan.
Isu ini sempat membuat heboh negeri, karena Pak Lurah — sapaan untuk Jokowi dari berbagai elemen, utamanya pemerintahan, disebut “serakah” kalau mau kembali maju Pilpres sebagai Wapres. Ada yang sampai berpendapat, Jokowi ingin melindungi anak dan menantunya yang menjabat Wali Kota Solo, Jawa Tengah dan Medan, Sumatra Utara (Sumut). Keduanya disebut akan maju dalam Pilgub Jateng dan Sumut 2024.
Selain itu, Jokowi dianggap ogah meninggalkan pemerintahan, untuk menyelamatkan Ibu Kota Negara (IKN) yang pembangunannya menggantung. Karena tidak ada jaminan pejabat Presiden baru akan melanjutkan IKN. Beruntung, soal hal ini Gerindra sudah memberikan pernyataan, kalau Prabowo akan tetap melanjutkan IKN jika jadi Presiden.
Terlepas dari Prabowo-Jokowi maju sebagai Presiden-Wapres, sebenarnya Jokowi sudah berulang-ulang mengendors Prabowo sebagai penerusnya. Bahkan secara tegas mengatakan, Prabowo menunggu giliran sebagai Presiden RI. Pascadikalahkan dua kali oleh Jokowi dengan pasangan yang berbeda.
Hebohlah Indonesia, tentunya pihak Gerindra semringah. Karena, diberi sinyal kuat oleh Jokowi sebagai penggantinya. Tentunya, untuk Nusantara itu sangat berarti, meski di Sumatra Barat tidak akan membantu apa-apa. Karena, pemilih Sumbar lebih memilih Prabowo ketimbang Jokowi. Bahkan dengan perbandingan sangat jauh 86-14 persen.
Tapi, seperti yang diungkap banyak pengamat, Prabowo jika ingin menang Pilpres, harus berfokus ke Pulau Jawa dan Indonesia bagian timur. Kalau Sumatra, kecuali Lampung dan Sumut, bisa sana tetap akan setia ke Prabowo. Meski Anies Baswedan dianggap calon yang juga memperebutkan pemilih yang sama dengan Prabowo. Anies pun masih harus membangun kekompakan tiga partai yang telah mendeklarasikan dirinya, NasDem, Demokrat dan PKS.
Ada pendapat yang menyatakan, siapa yang menjadi Presiden 2024 adalah orang yang mendapat “restu” dari Jokowi. Meski Jokowi juga harus minta “restu” Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Apakah Prabowo juga harus minta hal yang sama kepada Mega? Belum tentu juga.
Karena bisa saja, Prabowo dan Mega sudah ada sela di belakang layar, karena
Perjanjian Batu Tulis 16 Mei 2009 yang diteken bersama Mega berisi tujuh poin kesepakatan. Prabowo menerima kesepakatan karena diberi janji bakal disokong menjadi presiden pada Pemilu 2014 seperti ditulis pada poin ketujuh perjanjian. Mungkin, 2024 Mega akan menuntaskan perjanjian yang sudah sekian tahun membeku.
Intinya, andai Prabowo mendapatkan dukungan penuh dari Jokowi dan Megawati, maka peluang Prabowo menjadi Presiden kedelapan akan semakin kuat. Meski PDIP masih memiliki dua kader utama lainnya, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Apakah partai pemenang Pileg 2019 itu rela kadernya jadi wakil Prabowo? Tentu untung-rugi harus dikaji partai moncong putih.
Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno pernah berkata “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” Mungkin, pesan ayahanda Mega dan juga panutan Prabowo itu bisa jadi titik temu antara keduanya. Tentunya, hanya Tuhan yang tahu. Karena Tuhan maha tahu. Tapi manusia sok tahu. (Wartawan Utama)
















