SITEBA, METRO–Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang mulai diberlakukan pemerintah pada Sabtu siang (3/9)lalu, mulai direspon sebagian besar masyarakat di berbagai daerah.
Kebijakan pemerintah yang dinilai kurang populer ini dirasakan beragam oleh sejumlah sopir angkutan kota (angkot) di Kota Padang. Para sopir angkot tidak menyangka harga BBM naik saat siang hari.

Kepala Dishub Kota Padang
Beberapa sopir di Kota Padang merasa sangat kecewa dengan kebijakan pemerintah, salah satunya Dodi, 43, Dia mengeluhkan, setelah pandemi Covid-19 berakhir dan ekonomi sangat sulit. Kini masyarakat akan menghadapi kesulitan baru berupa kenaikan harga BBM.
“Alah tahun lalu awak susah, kini dibuek susah liak. Ibarat kata, baru barangok, alah disumbek hidung kito liak. Mode ko bisa mati lambek-lambek awak ma,” kata Dodi dengan nada mengeluh, Minggu (4/9).
Dodi menyebutkan dampak BBM naik ini juga berimbas ke penumpang yang mulai sepi.
“Dari tadi sudah hampir satu jam menunggu penumpang belum satu penumpang yang datang. Hari biasa saja sudah sepi apalagi kalau BBM sudah naik sekarang,” imbuhnya.
Sementara sopir angkot lainnya Iwen, (42) mengatakan, sejak naiknya BBM bersubsidi Sabtu lalu juga dirasakan dampaknya.
“Kita terpaksa menaikkan ongkos yang biasanya dari Siteba ke Pasar Raya Padang Rp 4ribu sekarang menjadi Rp 5ribu, tapi ini sangat berdampak sekali. Memang belum ada informasi resmi dari Dishub maupun organda, ini inisatif kita untuk menyesuaikan tarif usai kenaikan BBM, “ kata Iwen.
Warga Nanggalo ini berharap pihak Pemeritah Kota (Pemko) Padang segera mengambil kebijakan prihal penyesuaian tarif akibat naiknya BBM bersubsidi ini.
Keresahan lainya akibat pemerintah mencabut subsidi BBM juga dirasakan pengemudi becak motor Jon (40). Warga Kurao Pagang ini mengatakan, yang lemah semakin tertindas akibat kebijakan pemerintah ini.
“Sebelum BBM naik, hidup para betor sudah susah, apa lagi sekarang ini BBM naik, apa yang akan terjadi dengan nasib betor,” kata Jon.
“Waktu BBM alun naiak, hiduik kami alah payah, tambah lo kini, BBM naiak, ka jadi apo kami lai, Yo subana malang nasib kami, ko urang susah batambah susah,” ungkap Jon dengan nada kesal.
Tidak hanya jurusan Pasar Raya-Siteba, pantauan POSMETRO, kemarin rata-rata tarif angkot dari berbagau jurusan menuju Pasar Raya Padang naik dari Rp4.000 menjadi Rp5.000. Seperti untuk jurusan Pasar Raya-Lubukbuaya, tarifnya sudah Rp5.000.
“Saya dari Lubukbuaya dan turun di Purus, biasanya hanya Rp4.000, setelah harga BBM naik, tarifnya menjadi Rp5.000,” kata Lia.
Ibu dua anak ini berharap, ada tarif resmi dari Dinas Perhubungan Kota Padang maupun Organda untuk tarif angkot ini. Karena dikhawatirkan, jika tak ada tarif resmi dari Dishub, maka sopir akan menaikkan tarif semena-mena saja.
Rapat dengan Organda
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Padang Yudi Indra Syani, S.Sit, MT mengatakan, terkait pasca kenaikan BBM subsidi yang berimbas ke angkutan umum pihaknya akan segera menggelar rapat bersama dengan stakeholder terkait lainnya.
“Senin, Insya Allah kita akan menggelar rapat dengan DPRD Padang, Organda dan pihak terkait lainnya dan mengkaji serta menghitung ulang tarif angkutan umum di Kota Padang termasuk Trans Padang pasca kenaikan BBM Sabtu siang lalu,” kata Yudi.
Yudi menambahkan, dalam hal ini BBM merupakan, komponen dalam penyesuaian tarif angkutan. “Karena BBM merupakan komponen penting dalam Biaya Operasi Kendaraan (BOK) angkutan umum. Nanti kita akan kaji ulang penyesuaian tarifnya, termasuk kita akan survei juga komponen lainya yang termasuk dalam BOK yakni harga sparepart, ban dan lainnya sehingga tarif angkutan bisa ditentukan melalui rapat bersama nantinya dan diputuskan Perwakonya,” pungkasnya.
Sementara itu, Plt Dirut Padang Sejahtera Mandiri (PSM) Padang, Rico Rahmadian Albert mengatakan saat ini bus trans Padang masih normal tarifnya. Untuk pelajar masih Rp1.500 dan umum Rp3.500.
Ia mengatakan, jika naik nanti PSM akan sampaikan ke publik. Agar publik tahu dan tidak terkejut. Jika naik, tentu sudah melalui kajian.
Anggota Komisi III DPRD Padang, Surya Jufri meminta kepada Dishub dan Organda untuk melakukan kajian mendalam dan matang jika tarifnya akan digeser atau naikkan. “Kalau naik jangan sampai mencekik pengguna transportasi. Sewajarnya saja,” ujar ketua fraksi Demokrat DPRD Padang ini.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan kenaikan harga BBM mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax. Harga terbaru BBM bersubsidi dan non-subsidi itu mulai berlaku pada Sabtu (3/9) pukul 14.30 WIB.
“Saat ini pemerintah membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM akan mengalami penyesuaian,” ujar Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Sabtu (3/9).
Menurut dia, keputusan penyesuaian harga BBM bersubsidi adalah hal yang berat. Namun Jokowi menyebut, apa daya, saat ini kondisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dirasa sudah tidak lagi mampu menanggung hal tersebut.
“Pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Saya sebetulnya ingin harga BBM di dalam negeri tetap terjangkau dari subsidi APBN,” kata Jokowi.
Mestinya, kata Jokowi, uang negara harus diprioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu. Maka, saat ini pemerintah harus membuat keputusan dalam situasi yang sulit.
“Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM, sehingga harga jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian,” papar dia.
Untuk diketahui, Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter. (hen/ade)
