LIMAPULUH KOTA, METRO–Peternak ayam petelur mengeluhkan mahalnya harga pakan. Sedangkan, harga jual telur malah turun. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka tidak mustahil para peternak khusus skala menengah dan kecil akan lebih cepat gulung tikar. Mengingat, saat ini sudah banyak para peternak ayam petelur mengurangi jumlah ayam bahkan ada yang benar-benar sudah tutup. Selain mengurangi jumlah ayam, juga berdampak kepada jumlah pekerja atau karyawan.
Salah seorang peternak ayam petelur di Jorong Koto Malintang, Nagari Balai Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Wirman Dt. Pangeran, mengakui saat ini harga pakan ayam seperti konsentrat, jagung dan dedak melambung tinggi. Sementara harga telur ayam cenderung turun.
“Terus naiknya harga pakan tidak dibarengi dengan naiknya harga jual telur. Saat ini Harga jual telur perbutir justru mengalami penurunan, sehingga banyak peternak yang gulung tikar dan tidak melanjutkan usaha yang telah lama dijalani,” sebut Wirman Dt Pangeran, diarea peternakannya, Rabu (9/3), kepada wartawan.
Disampaikannya, saat ini harga jual telur ditingkat peternak hanya mencapai Rp. 1.100 perbutir, sementara harga beli konsentrat saat ini mencapai Rp. 480.000 per karung berat 50 Kilogram, untuk harga jagung Rp. 5000 perkilo dan dedak Rp. 2700 per kilonya. Sementara beberapa waktu sebelumnya harga beli konsentrat hanya mencapai Rp. 430.000, jagung Rp. 4100 dan dedak hanya mencapai Rp. 1900 per kilonya.
Ia juga menambahkan, jika kondisi itu terus berlanjut dan pemerintah tidak segera melakukan langkah-langkah yang bisa membantu peternak, ia memastikan bakal terus bertambah jumlah peternak yang akan gulung tikar, sebab berbagai upaya telah dilakukan, termasuk mengurangi jumlah ayam dan pekerja.
“ Untuk upaya telah banyak kami lakukan, dengan mengurangi jumlah ayam. Dengan berkurangnya ayam tentu pekerja juga ikut dikurangi. Kita juga mengurangi pekerja sampai 50 persen. Jika terus berlanjut tidak tertutup kemungkinan usaha ini akan tutup dan makin banyak jumlah masyarakat/pekerja yang kehilangan pekerjaan,” tambahnya.
Idealnya menurut Wirman, harga jual telur perbutir diharga Rp. 1300 sehingga peternak bisa tetap bertahan disaat harga pakan yang terus naik. Selain itu, Ia juga berharap kedepannya Pemerintah segera melakukan langkah-langkah untuk menyelamatkan para peternak agar tetap bisa bertahan.
Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Asosiasi Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Sumatera Barat Perdana Gusta melalui Sekretaris, drh. Doddy Mulyadi. Naiknya harga Pakan berdampak pada penyusutan populasi ayam petelur yang ada di dua daerah bertetangga tersebut. Saat ini jumlah ayam diperkirakan tinggal 7-8 juta dari jumlah semula 10 juta ekor.
“Dampak dari naiknya harga pakan ayam terjadi penyusutan populasi ayam dari jumlah semula 10 juta populasi turun hingga 30 persen, sementara data peternak ayam yang gulung tikar belum kita deteksi, namun yang pasti jumlah/populasi ayam milik peternak turun/menyusut,” ucapnya. (uus)
