LAMPASI, METRO–Di satu sisi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menggunakan Minyak Goreng sebagai bahan pengolahan untuk produksi, bersyukur harga eceran tertinggi (HET) Minyak Goreng supsidi 14 ribu perliter. Namun, disisilain Minyak Goreng semakin sulit diperoleh, alias langka di pasaran.
Akibatnya, pelaku UMKM terpaksa harus mengurangi jumlah produksi. Bila, biasanya bisa memproduksi sampai puluhan kilogram, sejak Minyak Goreng sulit diperoleh hanya memproduksi separoh dari biasanya. Bahkan, saking sulitnya, pelaku UMKM harus berkeliling mencari Minyak Goreng kemasan di Kota Payakumbuh.
“Keluhan kita saat ini, sulitnya mendapatkan minyak goreng kemasan di pasaran. Kalaupun ada, kita dibatasi membeli. Hanya boleh Dua liter saja. Sementara kita untuk sekali produksi membutuhkan satu kardus berisi 12 liter. Akibatnya produksi kita terganggu,” sebut Pemilik Rumah Pisang Andira, Yulia Nora, ketika ditanya Wartawan disela-sela produksi usahanya di Jalan Tan Malaka KM 4 Sei.Durian, Lampasi, Payakumbuh, Jumat (11/2).
Dia menyebut, saat minyak harga belum sesuai HET atau disupsidi Pemerintah, memang sempat mahal. Dimana saat itu harga Satu kardus Minyak Goreng kemasan mencapai 230 ribu untuk isi 12 liter. Dan mendapatkannya sangat mudah sekali. Tetapi saat ini harga sudah sesuai HET, dimana Satu Kardus isi 12 liter hanya 168 ribu, namun untuk mendapatkannya sulit.
“Susah mendapatkannyo sejak minyak turun. Waktu minyak maha dulu murah mendapatkannyo. Dulu puncaknya 230 ribu satu kardus isi 12 liter, kini 168 ribu satu kardus isi 12 liter, tapi sulit mencarinya,” tuturnya.
Di sampaikannya, mau tidak mau dirinya terpaksa berkeliling Kota Payakumbuh guna mencari Minyak Goreng dari satu tempat ketempat lainnya. Bahkan, bisa menghabiskan minyak motor satu liter untuk keliling cari Minyak Goreng. “Kadang dapek, kadang indak. Dan kami cocok menggunakan Sarimurni. Ini baru terjadinya Lima belas hari yang payah mancari minyak. Tapi Alhamdulillah laii alun sempat indak produksi laii,” sebutnya menceritakan kesulitannya untuk mendapatkan Minyak Goreng kemasan.
Untuk memproduksi Pisang Sale sebanyak 30 kilogram setiap sehari Yulia Nora, membutuhkan minyak goreng 12 liter sehari. “Jadi dek langka mode iko, habis waktu wak dek karano mancari minyak sajo. Terhambat aktivitas produksi akibat langka minyak goreng. Padahal produksi pembuatan Pisang Sale sudah mulai meningkat. Karena memang saat puncak Corona beberapa waktu lalu, produksi kami sempat baranti Satu tahun, dan saat mulai produksi ikolo kendala, Minyak Goreng Sulit,” sebutnya.
Yulia Nora yang sudah menekuni produksi olahan Pisang ini sejak tahun 2012 lalu, terus berharap kepada Pemerintah terutama saat pemulihan usaha produktif masyarakat dalam masa pendemi ini agar kelangkaan minyak goreng di pasaran bisa cepat berakhir.
“Kita tentu berharap pemerintah terus membantu baik pendampingan, peningkatan kualitas, permodalan termasuk pemasaran. Kemudian harapan kita terkait kelangkaan minyak ini, semoga tidak langka lagi, sebab akan mengganggu produksi usaha rumahan masyarakat,” sebut pemenang Juara 1 Lomba Karya Inovasi dan Teknologi Tepat Guna Kategori Umum se-Kota Payakumbuh ini. (uus)
