LIMAPULUH KOTA, METRO–Beredarnya foto rumah gubuk berdinding kulit kayu beratapkan seng bekas yang dihuni pasangan keluarga tidak mampu di media sosial (medsos), membuat naluri kemanusian mantan Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan terusik ingin membantunya. Tanpa pikir panjang, Ferizal Ridwan yang akrab disapa Buya Feri itu, langsung menghubungi tim relawan Palanta Aksi Sosial (Pak’Sa) untuk datang berkunjung ke rumah pasangan suami istri yang bernasib malang itu, Rabu malam (15/12).
“Alhamdulillah, walau diguyur hujan lebat, tim relawan Pak’Sa berhasil bertemu dengan laki-laki petani miskin yang menghuni rumah gubuk terdinding kulit kayu itu di rumah keluarganya yang berjarak cukup jauh dari rumah pria tersebut,” ungkap Ferizal Ridwan.
Sayangnya, tambah Ferizal Ridwan, tim relawan Pak’Sa tidak bisa mengjangkau sampai ke rumah yang dihuni keluarga kecil nan miskin itu, karena rumah gubuk yang mereka tempati posisinya jauh dari jalan raya dan tak bisa ditempuh roda empat.
Menurut Ferizal Ridwan, dari kunjungan silaturahmi tersebut Tim relawan PakSa berhasil mengenal lebih dekat dengan warga miskin tersebut yakni pasangan suami istri bernama Mega Putra (40 tahun) dan istrinya Eliza (44 tahun) dan punya sepasang anak masih umur 10 tahun dan 3,5 tahun warga Aie Putih, Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
“ Tim relawan Pak’Sa terdiri dari mantan Ketua DPRD Limapuluh Kota, Ismardi,BA, mantan anggota DPRD Limapuluh Kota, Nasrul Rasyid, pensiunan ASN, Hafnizal Oyong dan Eri Ramli yang datang mengunjungi keluarga miskin tersebut merasa prihatin mendengar keluh kesah dan cerita tentang nasib yang tak beruntung dihadapi keluarga malang ini,” ungkap Buya Feri.
Diungkapkan Ferizal Ridwan, untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama dua orang anaknya, pasangan suami istri Mega Putra dan Eliza ini hidup sebagai buruh tani.
Mega Putra kepada tim relawan Pak’Sa menyebutkan bahwa, rumah gubuk berdindingan kulit kayu yang dia tempati sungguh tidak layak. Kondisi bangunan yang terbuat dari kayu sudah mulai melapuk dan tidur hanya beralasan tikar plastik. Menurut pengakuan Mega Putra, rumah gubuk berukuran sekitar 3X3 meter tersebut dia tempati bersama istri dan anak-anaknya sejak tahun 2013 lalu sampai saat ini.
“ Untuk merobah nasib, saya dan keluarga pernah mencoba merantau dan mengadu untung di pulau Jawa. Namun akibat kerasnya kehidupan di rantau orang, saya memutuskan untuk pulang ke kampuang halaman. Namun bertahun hidup di kampung halaman, nasib baik belum juga menghampiri keluarga kami,” ungkap Mega Putra seperti ditirukan Ferizal Ridwan.
Ferizal Ridwan menjelaskan, dalam silaturahmi dengan Mega Putra tersebut, tim relawan Pak’Sa memberikan bantuan sembako untuk keluarganya.Tetapi, kalau ada surat keterangan soal status tanah dan ada persetujuan pihak keluarga, relawan Pak’Sa akan membangunkan rumah yang layak berukuran 4×7 meter untuk mereka. “Insya Allah, tim relawan Pak’Sa akan bantu bahan bangunan, berupa, pasir, seng dan triplek termasuk akan memasukan penerangan lampu listrik,” pungkas Ferizal Ridwa. (uus)
