PASAMAN BARAT, METRO – Di Sumbar, cukup banyak koperasi yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Koperasi yang eksis saat ini telah melalui kondisi pasang naik dan surut. Semua ini tidak terlepas dari komitmen pengurus dan anggota dalam memajukan koperasi, mencari solusi dari semua permasalahan yang ada.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumbar, Zirma Yusri mengatakan, berdirinya koperasi di Sumbar, dalam sejarahnya banyak didirikan dari beberapa orang kehidupannya sederhana, dengan kemampuan ekonomi terbatas.
Berkat komitmen rasa kekeluargaan yang dibangun mereka, berhasil membangun koperasi yang berkembang melewati berbagai cobaan dan tantangan yang ada. Perjuangan mereka telah berhasil membuat perubahan dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
”Koperasi dijalankan dengan rasa kekeluargaan antar anggota dengan pengurus. Inilah yang membuat koperasi bisa berjalan dengan baik. Tanpa ada rasa kekeluargaan, akan sulit bagi koperasi itu untuk terus berjalan melawan waktu,” ungkap Zirma Yusri.
Zirma Yusri mengakui, dari sejumlah koperasi yang ada di Sumbar, permasalahan yang dihadapi saat ini terkait banyaknya perbankan yang menyalurkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan bunga yang lebih rendah. Sementara koperasi yang memiliki unit usaha simpan pinjam, tidak mampu bersaing dengan perbankan, karena bunga pinjaman di koperasi lebih besar dari KUR. “Akibatnya, anggota koperasi lebih memilih meminjam uang ke bank,” katanya, Kamis (25/10).
Permasalahan ini hampir dirasakan seluruh koperasi di Sumbar. Tapi, misi koperasi untuk menumbuhkan-kembangkan usaha rakyat, tidak membuatnya patah arang. Persoalan memang tengah menghadang, namun koperasi mampu mengatasi persoalan itu, dan fokus untuk membantu usaha rakyat.
Apa yang diungkapkan Zirma ini setelah melihat langsung kondisi koperasi di Sumbar melalui kegiatan Fam Trip Koperasi dengan melibatkan insan pers. Farm Trip merupakan kegiatan meninjau langsung eksistensi koperasi-koperasi hebat di Sumbar. Melalui kegiatan ini Dinas Koperasi dan UKM Sumbar melihat langsung bagaimana geliat usaha rakyat di berbagai daerah.
“Saya telah lihat langsung bagaimana ekonomi masyarakat tumbuh. Beberapa waktu yang lalu, saya bersama rombongan lainnya menuju Kabupaten Pasaman Barat. Ada unit usaha dari koperasi, yakni Koperasi Alabasiko II, memiliki usaha ternak yang sangat bagus. Ada ratusan ekor sapi ternak yang dimiliki oleh masyarakat, melalui pembinaan dari koperasi,” ujarnya.
Menurutnya, tumbuh kembangnya UKM tidak bisa dilepaskan dari kondisi suatu koperasi. Ketika di satu sisi perbankan tidak bisa membantu meminjamkan dana, sisi itu mampu diisi oleh koperasi. Hal inilah yang membuat dampak keberadaan koperasi sampai saat ini masih hidup di kalangan masyarakat.
Ia menyebutkan, sangat menarik sekali perihal kebijakan koperasi secara pengawasan dan kelembagaan serta memberi support, bahwa koperasi mampu membangun ekonomi masyarakat yang berada di sekitarnya.“Rakyat juga perlu dicerdaskan untuk bekerja sama, mau dipimpin oleh koperasi dalam rangka mengangkat ekonomi,” ucapnya.
Seperti di KSU Gapoktan Albasiko II, di Jalan Raya Canduh Kinali, Kecamatan Kinali, Pasaman Barat. Koperasi yang sudah berbadan hukum sejak 2013 ini, memulai operasional dengan modal Rp3 juta dan lahir dari kelompok petani.“Kami memberi pinjaman pada anggota berdasarkan kebutuhan pinjaman anggota bukan keinginan. Untuk itu, kami survei lapangan terlebih dahulu,” ungkap Ketua KSU Gapoktan Albasiko II, Karno.
Modal yang kecil, kemudian berkembang besar hingga koperasi ini bisa melakukan ivonasi kegiatan koperasi, seperti membentuk produk tabungan yang terdiri dari tabungan masyarakat, tabungan pendidikan, tabungan haji, dan tabungan Hari Raya Kurban.
Keberhasilan pengembangan modal koperasi juga dibuktikan melalui laporan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT), yang di dalamnya bisa dilihat perkembangan aset serta peningkatan yang terjadi.
Koperasi yang pada 2013 sempat diundang ke Istana ini. kemudian juga melirik peluang usaha di bidang peternakan dan pertanian organik. Evaluasi perkembangan usaha ketat dilakukan, satu kali dalam tiga bulan.“Per 31 Desember 2017, modal kami jadi Rp22,9 miliar. Dampak kami berkoperasi bisa dirasakan. Semua unit kami memang masih ada kendala, terutama di sektor riil,” kata Karno.
Namun, dirinya mewakili KSU Gapoktan Albasiko II, menyatakan optimis dengan perkembangan koperasi yang sudah beromset hingga Rp6 miliar tiap bulan ini.
Dijelaskan, untuk memenuhi permintaan sapi saja, koperasi ini sudah kewalahan. “Kota Padang meminta ke sini, tapi kami belum sanggup,” sebutnya.
Koperasi yang telah mampu memberikan imbal jasa pada karyawannya setara dengan Upah Minimum Provinsi dan punya pretasi ini memiliki beberapa harapan kepada dinas terkait, seperti fasilitasi pembuatan pakan dan pemberian subsidi untuk KUR. (fan)

















