BALAI Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumbar gelar Silek Arts Festival (SAF), yang merupakan program unggulan dari Dirjen Kebudayaan, Kemendibud, Riset dan Teknologi RI. Program ini amanah dari UU No 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sekaligus sebagai strategi kebudayaan Indonesia dengan acuan kerja melindungi, memanfaatkan, mengembangkan dan melestarikan.
“Tentu acuanya diharapkan bisa mempertahankan silek sebagai warisan budaya dunia versi UNESCO. Hasilnya juga diharapkan dapat dirasakan masyarakat, seperti penguatan identitas lokal, industri kreatif, objek pariwisata dan ekonomi lokal. Kegiatan ini dibungkus dengan SAF-Indonesiana termasuk salah satu bagian yang mengacu kepada tujuan-tujuan itu,” ujar Kepala BPNB Sumbar Undri SS MSi didampingi Ketua Panitia Kadril Rj Darek SH, Kamis (9/9).

Namun, sayangnya pandemi Covid-19 telah membatasi ruang gerak pihak yang terlibat, sebagaimana salah satu rangkaian perhelatan SAF di Sumbar yang dihelat di Kabupaten Agam, kampung kelahiran Buya Hamka, 24-25 Agustus 2021. Malewa silek sebagai alek nagari dalam program SAF-Indonesiana, tapi tetap semarak. Walau ancaman virus Covid-19 dan Prokes kesehatan yang harus dipatuhi. Sehingga keadaan ini menjadi dilema bagi pihak yang terlibat. Alek tradisi ini dihelat di Jorong Paninjauan, Nagari Paninjauan, Tanjung Raya Agam, dengan mengangkat tema pancak silek “Basilek di ujuang karih, mamancak di ujuang padang”.
Peserta yang dipilih nagari yang memiliki sasaran silek yang aktif. Masing-masing menampilkan atraksi silek cirri khasnya dengan peserya yang disebut pandeka (pendekar-red) dengan berpasang-pasangan. Atraksi ditampilkan satu hingga dua pasangan. Salah satunya sepasang pandeka perempuan. Duel dilakukan antar pasangan anak sasian sasaran silek dan antar pasangan guru tuo (guru para pandeka). Mereka mengatraksikan teknik, silek tangan kosong, senjata kurambiak (pisau tajam melengkung). Dan padang, konon jurus yang dikeluarkan menentukan perbedaan antara sasaran silek (murid) dengan guru tuo (guru pandeka). Guru tuo biasanya memperlihatkan kepandaian sileknya di depan umum hanya sebatas seni.
Silat yang sebenarnya beserta jurus-jurus mematikan hanya dipakai ketika sedang menghadapi musuh, seperti ketika mamaga nagari, karena pandeka berperan sebagai parik paga dalam nagari. Ekosistem kebudayaan segmen SAF khusus di Sumbar 2021 ini diamanatkan kepada Disbud Sumbar beserta empat kurator dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNP dan ISI Padangpanjang didukung BPNB Sumbar, Pemda kabupaten dan kota serta wali nagari hingga jorong.
Sedangkan, SAF ini berlangsung di 6 kabupaten dan kota di Sumbar, 21 hingga 31 Agustus 2021. Pembukaan dilaksanakan di Kota Solok terus ke Sijunjung, Agam, Kota Padang, Kota Payakumbuh dan ditutup di Pasbar. Khusus di Agam dilaksanakan Jorong Paninjauan, Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya terpilih sebagai tuan rumah SAF 2021 ini.
Rangkaian kegiatan yang digawangi perangkat Wali Nagari Paninjauan di Sungai Batang kampung kelahiran Buya Hamka bertemakan SAF, “Alek Silek Nagari Paninjauan” dengan tajuk “Basilek di Ujuang Karih, Mamancak di Ujuang Padang”.
Walau SAF dilewakan di Paninjauan, namun dimeriahkan sejumlah sasaran dari Kota Solok dan Kota Padang. Selebihnya digelar sejumlah sasaran silek dan tim kesenian yang ada di Tanjung Raya. Total 15 sasaran tampil dari Tanjung Raya dengan durasi penampilan 10 -15 menit. Masing-masing tim menampilkan 1-2 pasang pesilat.
Uniknya dua pesilat dari salah satu tim itu beranggotakan perempuan, yaitu dari sasaran silek Nagari Koto Gadang, Tanjung Raya. Beberapa sasaran menampilkan teknik unggulan masing-masing dan menggunakan senjata. Selebihnya menampilkan teknik-teknik dasar silek dari aliran silek masing-masing sasaran. “Penutupan dilakukan ketua SAF/Kurator, kegiatan ini berhasil diselenggarakan, walau orang tua-tua Nagari Paninjauan ini kecewa, karena kita harus menjalankan protokol kesehatan,” ujar Undri.
Kadisdikbud Agam Isra mengapresiasi dan mengaku bangga kepada peserta yang berpartisipasi dalam rangkaian SAF ini. “Melihat geliat silek tradisi Minangkabau sebagai salah satu jati diri, maka kebanggaan dan seni bela diri merupakan sebuah upaya masyarakat dalam membangkitkan budaya lokal,” ujar Isra.
Hal ini karena pengetahuan dan ekosistem silek bagian dari akar kebudayaan di Minangabau, jadi sangat penting dibangkitkan kembali di tengah masyarakat salah satunya melalui Silek Arts Festival. “SAF merupakan platform Indonesia yang dilaksanakan BPNB didukung Kemendikbud Ristek, dengan konsep gotong royong,” jelas Isra. (**)
