PASBAR, METRO–Pengetahuan dan ekosistem silek (silat-red) sebagai salah satu akar dan produk kebudayaan di Minangkabau menjadi sangat penting dibangkitkan kembali di tengah masyarakat. Baik itu di tingkat nagari hingga jorong. “Perlu ada berbagai macam pengembangan dan kajian terhadap silek sebagai salah satu budaya milik masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat yang harus dilestarikan,” ungkap Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah saat penutupan Silek Arts Festival (SAF) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) tahun 2021, di Balerong Kabupaten Pasaman Barat, Selasa malam (31/8).
Mahyeldi mengatakan, silek juga dapat menjadi sarana pendidikan karakter bagi generasi muda. Selain itu, silek juga sebagai upaya mewujudkan ketahanan masyarakat yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan. ‘Setiap nagari hingga jorong diharapkan melestarikan silek sebagai pendidikan karakter generasi muda, sebelum pergi merantau. Silek juga bagian dari mengembangkan diri di berbagai sektor pembangunan, dengan budi pekerti, kecerdasan dan sopan santun”, ajak Mahyeldi.
Mahyeldi juga katakan, walaupun jumlah penduduk Sumbar hanya empat persen. Namun kontribusi tokoh asal Sumbar lebih banyak dari daerah lain, dalam keikutsertaan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dan pejuang sebelum kemerdekaan. “Menurut catatan sejarahwan ada lebih dua ribuan para tokoh, pejuang asal Sumbar memberikan kontribusi dalam memajukan Indonesia. Semua itu juga bukti pendidikan surau, dan ajaran silek serta juga komunikasi di lapau, telah melahirkan banyak tokoh berkharisma dari jorong dan nagari di masa lalu. Untuk itu ini jadi pelajaran untuk menyiapkan para tokoh dari generasi muda di Ranah Minang nantinya,”, ungkapnya.
Mahyeldi juga memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak dan Panitia SAF dan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar. Termasuk juga pihak yang membidangi urusan kebudayan di kabupaten/kota serta para tim curator dan produksi yang telah melaksanakan kegiatan ini dari tanggal 21 Agustus sampai 31 Agustus 2021 dengan cara hybrid (daring dan luring).
SAF yang sudah dilaksanakan selama 10 hari ditutup secara resmi. SAF merupakan program yang mengangkat jati diri silek dan menggali kembali nilai-nilai yang tersimpan di dalamnya sebagai sebuah rumusan dari seluruh pengetahuan dan pemahaman leluhur Minangkabau. “Kegiatan ini, kali ketiga pelaksanaannya bekerjasama dengan platform Indonesiana Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek RI,” ujarnya.
Melalui SAF ini dapat menumbuhkan dan memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan, mengkaji, dan mengembangkan silek sebagai suatu Warisan Budaya Dunia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2019, Dengan tagline “Basilek di Ujuang Karih, Mamancak di Mato Padang”,. Fiilosofi ini menggambarkan pribadi masayarakat Minangkabau yang arif dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi dalam menjalani kehidupan. “Yang tentunya dalam kerangka Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti mengatakan, peserta SAF adalah Pemerintah Daerah (Pemerintan Provinsi Sumbar dan Kabupaten/Kota) dengan melibatkan komunitas budaya, seniman, penggiat seni serta stakeholder lain seperti BUMN, swasta dan media cetak/elektronik. Serta masyarakat dengan menjunjung prinsip – prinsip seperti gotong royong dalam memajukan kebudayaan. “Tahun ini keterlibatan sasaran silek sebagai kantong budaya dalam pelaksanaan di enam kabupaten/kota sebanyak 108 sasaran. Enam kabupaten/kota tersebut yaitu, Kota Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Agam, Kota Padang, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Pasaman Barat,” ujarnya.
Ranti juga mengatakan, di samping untuk meningkatkan kualitas tata kelola pelaksanaan festival, kegiatan ini juga salah satu upaya pembinaan dan apresiasi kepada para pelaku seni dan budaya. Khususnya para pesilat dalam melestarikan dan mengambangkan keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai yang terkadung dalam Silek itu sendiri. Silek ini juga meningkatkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat dan berbudaya untuk mewujudkan masyarakat yang madani dan sejahtera dalam berbagai sektor kehidupan. (fan)
