DHARMASRAYA, METRO–Ratusan warga Nagari Sipangkur, Kecamatan Tiumang, Dharmasraya, Sumatra Barat melakukan aksi protes dengan memblokir jalan menuju perkebunan pengolahan kelapa sawit milik PT Sawit Andalas Kencana (PT SAK), Jumat (20/8). Mereka menuntut pihak perusahaan agar mengembalikan tanah mereka yang diambil secara paksa untuk perkebunan.
Warga menuding tanah seluas 300 hektare lebih tersebut diserobot perusahaan tanpa izin dari ninik mamak atau pemilik tanah. Bahkan, pemerintah setempat (Pemda Sawahlunto-Sijunjung) kala itu menerbitkan surat larangan pengolahan lahan kebun karet warga.
Dalam aksi blokade jalan, warga mendirikan pagar yang dilengkapi dengan kawat berduri di persimpangan jalan yang biasa digunakan oleh truk-truk pengangkut buah sawit menuju pabrik. Akibatnya, aktivitas pengangkutan buah sawit ke lokasi pabrik pun terhenti.
Salah satu warga Nagari Sipangkur, Mukhtar (63) menyebutkan aksi warga ini juga disebabkan oleh arogansi pihak perusahaan yang memutus jalan warga menuju perkebunannya.
“Beberapa hari yang lalu, pihak PT SAK sengaja memutus jalan menuju kebun warga yang berbatas langsung dengan perkebunan PT SAK yang masih bersengketa, “ ujarnya kepada Posmetro Minggu (22/8) di Pulau Punjung.
Akibatnya, lanjut Mukhtar, warga tidak bisa memanen sawitnya, karena akses jalan yang telah diputus oleh pihak PT SAK tersebut.
“Akibat diputusnya jalan ini, ratusan warga tak bisa memanen sawitnya. Apa yang dilakukan pihak PT SAK ini, sudah memancing kemarahan warga Nagari Sipangkur,” tegasnya
Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, aksi warga selain memblokade jalan, warga juga memasang segel untuk menghentikan aktivitas perusahaan.Tak hanya itu warga yang terdiri dari mayoritas kaum ibu-ibu tersebut juga memaksa karyawan PT SAK mengosongkan Blok M.
“Kamp atau Blok ini harus dikosongkan, karena pihak PT yang diwakili oleh Al Faizin berjanji kepada kami bahwa tidak akan ada aktifitas panen di Blok M ini sampai masalah ini diselesaikan. Namun faktanya mereka tetap melakukan aktifitas memanen dengan menyuruh karyawan baru tinggal di Kamp M ini, “ ungkap Wo Anis (50) didampingi ratusan warga lainnya kepada Posmetro Jumat (20/8).
Dalam aksi tersebut mereka mengklaim tanah yang dikelola perusahaan beberapa di antaranya adalah tanah warga atau masih bersengketa dengan penduduk nagari/desa.
“Ini merupakan tanah turun temurun kami yang diambil paksa oleh pihak PT SAK. Selama puluhan tahun, tanah ini tidak mendapat ganti rugi dari perusahaan,” ujar Sokri (58).
Dia menuding perusahaan tidak beriktikad baik untuk menyelesaikan permasalahan ini. Bahkan pihak perusahaan menantang warga agar membawa perkara ini ke meja hijau.
Sebelum melakukan blokade, warga terlebih dahulu melakukan pengukuran tapal batas lahan kebun milik warga yang berada di lahan PT SAK dengan mendirikan pancang.
Terpisah, Wo Ajis (62) menegaskan bahwa pihaknya sudah geram dengan ulah pihak PT SAK yang terus memancing amarah warga.
“Setelah kami layangkan surat ke pihak PT, mereka langsung memutus jalan menuju kebun sawit kami. Sehingga kami tidak bisa mengangkut hasil panen sawit menggunakan mobil ataupun motor, “ ujar Wo Ajis geram.
Menurutnya, mereka hanya meminta hak mereka yang diambil secara paksa oleh PT SAK. Meskipun sudah ada larangan oleh Pemda Sawahlunto Sijunjung dan Dandim kala itu.
“Kami akan terus mengupayakan hak hak kami sampai kembali, “ tegasnya.
Aksi warga juga dihadiri pihak berwajib, pemblokiran jalan perusahaan ini berlangsung damai. Kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh pihak perusahaan yang datang.
Sementara itu, Wakil Pimpinan PT SAK, Hafizin menanggapi tuntutan warga Nagari Sipangkur untuk menghentikan aktifitas memanen di Blok M tentunya tidak bisa dipenuhi.
“Kalau aktifitas memanen tidak bisa dihentikan, harus dilanjutkan,” ujarnya menjawab pertanyaan warga yang hadir di lokasi pemblokiran jalan kebun.
Terpisah, Kapolres Dharmasraya, AKBP Anggun Cahyono melalui Kabag Ops, Kompol Nasrul Efendi membenarkan bahwa pihaknya melakukan pengamanan terkait aksi warga Kebun Karet Tergusur (KKTer) nagari Sipangkur.
“Terkait aksi warga tersebut, kita persiapkan sebanyak 161 personil gabungan Polres dan Polsek. Namun yang diturunkan ke lokasi sebanyak 45 personil dari Polsek Koto Baru, “ ungkap Kabag Ops Kompol Nasril Efendi kepada Posmetro Minggu (22/8).
Kompol Nasrul Efendi menegaskan bahwa aksi warga tersebut berjalan dengan lancar dan damai serta tidak ada aksi yang anarkis.
“Aksi warga berjalan dengan lancar dan damai, tidak ada gesekan ataupun perbuatan anarkis, “ pungkasnya. (Gus)
